
Bursa Asia Bergerak Variatif, IHSG Dibuka Merah Lagi
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 February 2020 09:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka di zona merah pada perdagangan hari kedua pekan ini, Selasa (25/2/2020). IHSG dibuka di level 5.784,74 melemah 0,38% dibanding posisi penutupan perdagangan Senin kemarin.
Pagi tadi tiga indeks utama bursa Wall Street juga ditutup di zona merah. Indeks Dow Jones terpangkas 1.000 poin atau turun 3,56%, sementara indeks S&P 500 anjlok 111,86 poin atau melemah 3,35% dan indeks Nasdaq komposit juga mengalami nasib sama, turun 354,78 poin atau terkoreksi 3,76%.
Berbeda dengan Wall Street, bursa saham Asia pagi ini bergerak variatif. Setelah kembali dari libur, indeks Nikkei225 (Jepang) langsung ambles 2,96%.
Sementara indeks Kospi (Korea Selatan) dan Straits Times (Singapura) yang kemarin terkoreksi hari ini mencatatkan penguatan masing-masing 0,43% dan 0,66%.
Beralih ke bursa saham China, indeks Shanghai Composite melemah 1,24%. Sementara itu indeks Hang Seng melemah tipis dengan mencatatkan penurunan 0,07%.
Pasar saham global masih dibayangi oleh sentimen wabah virus corona yang kini semakin banyak menelan korban. Laporan terbaru menunjukkan China melaporkan adanya tambahan 508 kasus baru dan 71 orang dinyatakan meninggal.
Virus corona yang awal mulanya bersumber dari China kini telah meluas ke lebih dari 26 negara. Jumlah kasus infeksi yang dilaporkan di luar China juga bertambah signifikan, terutama di Korea Selatan, Italia dan Iran.
Menurut data teranyar John Hopkins University CSSE, sudah ada 833 kasus orang terinfeksi virus corona di Korea Selatan. Jumlah korban meninggal bertambah satu menjadi 8 orang setelah kemarin dinyatakan hanya 7 orang meninggal.
Di Italia jumlah kasus infeksi COVID-19 yang dilaporkan sampai dengan hari ini mencapai 229 orang dan 7 orang dinyatakan meninggal dunia. Di Iran ada 61 kasus virus corona yang terkonfirmasi dan 12 orang dinyatakan meninggal dunia akibat infeksi virus ganas ini.
Dunia makin mewaspadai penyebaran virus corona. Jika virus ini terus merebak dan menjangkiti dunia sehingga menjadi pandemi yang mengerikan, maka dampak ke perekonomian akan semakin nyata.
"Penyebaran virus di luar China yang semakin luas, ditambah pengetatan aktivitas warga di China sendiri, membuat asumsi bahwa penyebaran virus corona hanya berdampak terbatas terhadap perekonomian dunia patut dipertanyakan," tegas Jonas Goltermann, Ekonom Senior Capital Economics, seperti diberitakan Reuters.
"Pelaku pasar masih meyakini bahwa pemulihan ekonomi akibat virus corona akan bersifat V-Shaped. Turun drastis, tetapi naiknya pun cepat. Namun faktanya, belum ada yang tahu serangan virus corona bakal separah apa," tambah Win Thun, Head of Emerging Market Strategy di Brown Brothers Harriman, sebagaimana diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article IHSG Dibuka Meyakinkan, Balik ke Level 7.300
Pagi tadi tiga indeks utama bursa Wall Street juga ditutup di zona merah. Indeks Dow Jones terpangkas 1.000 poin atau turun 3,56%, sementara indeks S&P 500 anjlok 111,86 poin atau melemah 3,35% dan indeks Nasdaq komposit juga mengalami nasib sama, turun 354,78 poin atau terkoreksi 3,76%.
Berbeda dengan Wall Street, bursa saham Asia pagi ini bergerak variatif. Setelah kembali dari libur, indeks Nikkei225 (Jepang) langsung ambles 2,96%.
Beralih ke bursa saham China, indeks Shanghai Composite melemah 1,24%. Sementara itu indeks Hang Seng melemah tipis dengan mencatatkan penurunan 0,07%.
Pasar saham global masih dibayangi oleh sentimen wabah virus corona yang kini semakin banyak menelan korban. Laporan terbaru menunjukkan China melaporkan adanya tambahan 508 kasus baru dan 71 orang dinyatakan meninggal.
Virus corona yang awal mulanya bersumber dari China kini telah meluas ke lebih dari 26 negara. Jumlah kasus infeksi yang dilaporkan di luar China juga bertambah signifikan, terutama di Korea Selatan, Italia dan Iran.
Menurut data teranyar John Hopkins University CSSE, sudah ada 833 kasus orang terinfeksi virus corona di Korea Selatan. Jumlah korban meninggal bertambah satu menjadi 8 orang setelah kemarin dinyatakan hanya 7 orang meninggal.
Di Italia jumlah kasus infeksi COVID-19 yang dilaporkan sampai dengan hari ini mencapai 229 orang dan 7 orang dinyatakan meninggal dunia. Di Iran ada 61 kasus virus corona yang terkonfirmasi dan 12 orang dinyatakan meninggal dunia akibat infeksi virus ganas ini.
Dunia makin mewaspadai penyebaran virus corona. Jika virus ini terus merebak dan menjangkiti dunia sehingga menjadi pandemi yang mengerikan, maka dampak ke perekonomian akan semakin nyata.
"Penyebaran virus di luar China yang semakin luas, ditambah pengetatan aktivitas warga di China sendiri, membuat asumsi bahwa penyebaran virus corona hanya berdampak terbatas terhadap perekonomian dunia patut dipertanyakan," tegas Jonas Goltermann, Ekonom Senior Capital Economics, seperti diberitakan Reuters.
"Pelaku pasar masih meyakini bahwa pemulihan ekonomi akibat virus corona akan bersifat V-Shaped. Turun drastis, tetapi naiknya pun cepat. Namun faktanya, belum ada yang tahu serangan virus corona bakal separah apa," tambah Win Thun, Head of Emerging Market Strategy di Brown Brothers Harriman, sebagaimana diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article IHSG Dibuka Meyakinkan, Balik ke Level 7.300
Most Popular