IHSG Terpuruk di Sesi I, Asing Masih Keluar Rp 198 M

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
24 February 2020 12:24
IHSG Terpuruk di Sesi I, Asing Masih Keluar Rp 198 M
Foto: Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka di zona merah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih melanjutkan pelemahannya hingga akhir sesi I perdagangan pada siang hari ini, Senin (24/2/2020). Lonjakan jumlah kasus infeksi virus corona di luar China jadi sentimen negatif eksternal bagi bursa saham tanah air.

Hingga penutupan sesi I perdagangan Senin siang ini IHSG masih berada di zona merah dengan koreksi sebesar 1,19% ke level 5.812,17. Asing tercatat keluar dari pasar saham domestik sebesar Rp 198,56 miliar.

Mengawali perdagangan awal pekan ini, IHSG dibuka di zona merah di level 5.825,3. Indeks saham tanah air sempat rebound 18 menit setelah pembukaan di level 5.861,63 dan menjadi level tertinggi pada perdagangan sesi I hari ini.


Pergerakan IHSG hari ini senada dengan pergerakan bursa saham negara kawasan Asia lainnya. Indeks Shang Hai Compsite (China) terkoreksi 0,34%, indeks Hang Seng (Hong Kong) turun 1,51%. Sementara indeks Straits Times dan Kospi masing-masing terkoreksi 0,95% dan 3,16%.

Bursa saham Asia berguguran merespons terjadinya lonjakan kasus infeksi virus corona di luar China. Lonjakan kasus terjadi di tiga negara yaitu Korea Selatan, Italia dan Iran.

Berdasarkan data Johns Hopkins University CSSE, sudah ada 763 kasus orang yang terinfeksi virus ini di Korea Selatan. Jumlah orang yang meninggal di Korea Selatan dilaporkan mencapai 7 orang.

Di Italia ada 157 kasus dilaporkan dan tiga orang dinyatakan meninggal dunia akibat infeksi patogen yang masih satu keluarga dengan penyebab SARS 17 tahun silam. Sementara di Iran sudah dikonfirmasi ada 43 kasus dengan 8 orang meninggal.

Lonjakan kasus yang terjadi di luar China membuat dunia khawatir, virus ini akan menjadi pandemi yang mengerikan. Pasalnya sudah hampir dua bulan wabah akibat virus corona jenis baru ini tak menampakkan tanda-tanda dapat dijinakkan.

Kini Korea Selatan menjadi negara kedua terbanyak yang terjangkit virus corona setelah China. Pemerintah Korea Selatan telah menaikkan status menjadi darurat level tertinggi. Akibatnya pertumbuhan ekonomi Korea Selatan juga diperkirakan terpukul akibat wabah ini.

Pembacaan awal produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan pada kuartal IV 2019 tumbuh sebesar 2,2% year on year (yoy). Sementara untuk keseluruhan tahun 2019 pertumbuhan ekonomi negeri KPOP sebesar 2% (yoy) menjadi yang terendah dalam 10 tahun.



[Gambas:Video CNBC]



Wabah akibat virus corona berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi Negeri Ginseng itu berada di bawah angka 2% tahun lalu. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Riset Standard Chartered Bank yang berbasis di Seol, Park Chong-hoon.

"Ekonomi Korea Selatan kehilangan momentum lagi, saat mulai melakukan pemulihan. Sentimen memburuk karena pelambatan ekonomi China mempengaruhi ekspor dan pendapatan wisata secara negatif" kata Park, melansir Financial Times.

Seperti China, Korea Selatan juga merupakan mitra dagang strategis bagi Indonesia. Ketika ekonomi Korea Selatan melorot, maka dampaknya juga akan dirasakan Indonesia terutama untuk sektor perdagangan, perjalanan dan pariwisata.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa nilai total perdagangan non-migas antara Indonesia dan Korea Selatan mencapai US$ 1,12 miliar pada Januari 2020.

Ekspor non-migas RI ke Korsel tercatat sebesar US$ 476,2 juta turun 10,75% dari bulan sebelumnya. Nilai tersebut berkontribusi sebesar 3,78% terhadap total ekspor non-migas RI.

Sementara itu dari sisi impor non-migas, pada bulan Januari tercatat sebesar US$ 640 juta naik 15,32%.


Nilai tersebut berkontribusi sebesar 5,21% dari total impor non-migas RI. Korea Selatan menjadi negara keempat sebagai mitra dagang RI setelah China, Jepang dan Singapura.

Selain sentimen eksternal, IHSG juga menanti rilis data penjualan motor untuk bulan Januari yang rencananya diumumkan hari ini pukul 13.30 WIB nanti berdasarkan data kalender Trading Economics.

Penjualan sepeda motor pada bulan Januari 2020 diperkirakan turun 3,7% secara tahunan (yoy). Sementara penjualan motor pada bulan Desember 2019 turun 6,8% (yoy).

Jika data pertumbuhan penjualan motor bulan Januari lebih baik dari ramalan maka akan jadi sentimen yang positif. Namun jika yang terjadi sebaliknya hal ini berpotensi menjadi penekan pasar saham tanah air.

Untuk mengantisipasi dampak virus corona terhadap perekonomian domestik, Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral kembali melonggarkan kebijakan moneternya dengan menurunkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7 DRRR).

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Februari 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (20/2/2020).

Pemangkasan suku bunga acuan ini diharapkan dapat meredam dampak ekonomi dari penyebaran COVID-19 yang saat ini menjadi perhatian pasar dan memukul perekonomian China.


TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]





(twg/twg) Next Article Ada Corona Varian Lokal Indonesia, Awas IHSG Jeblok Lagi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular