Corona Bikin Rupiah Drop 1,7% dari Rp 13.650 ke Rp 13.890/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 February 2020 11:01
Memburuknya sentimen pelaku pasar akibat memburuknya wabah virus corona atau Covid-19 membuat rupiah tertekan.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah jeblok pada perdagangan Senin (24/2/2020) nyaris mencapai level Rp 13.890/US$.

Pada pukul 10:40 WIB, US$ 1 setara RP 13.890/US$, rupiah melemah 0,94% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor rupiah berada di Rp 13,863/US$ melemah 0,62% dibandingkan Jumat pekan lalu.

Ini merupakan pelemahan yang relatif dalam, sebesar 1,7% secara week to week dari posisi Rp 13.650/US$ pada awal pekan lalu.

Memburuknya sentimen pelaku pasar akibat memburuknya wabah virus corona atau Covid-19 membuat rupiah tertekan.

Kini tidak hanya China, Korea Selatan juga menjadi sorotan akibat lonjakan kasus Covid-19 dalam beberapa hari terakhir.



Berdasarkan data ArgGis, jumlah korban meninggal akibar Covid-19 sebanyak 2,469 orang dan menjangkiti nyaris orang. Dari total tersebut, sebanyak 77.150 kasus terjadi di China yang merupakan asal virus corona, sementara di Korsel kini tercatat 763 kasus, jumlah tersebut naik 161 kasus dibandingkan Minggu kemarin. Korsel kini menjadi negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak kedua setelah China.

Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in mengatakan Korea Selatan ini tengah berada pada "masa kritis"

Selain itu perekonomian Negeri Gingseng diprediksi akan melambat di tahun ini. Pembacaan awal produk domestik bruto (PDB) Korsel kuartal IV-2019 sebesar 2,2% year-on-year. Sehingga pertumbuhan ekonomi di tahun 2019 sebesar 2%, menjadi yang terendah dalam 10 tahun terakhir.

Kepala riset Standard Chartered di Seoul, Park Chong-hoon, mengatakan dengan perkembangan saat ini, bisa dipastikan pertumbuhan ekonomi Korsel lebih rendah dari tahun lalu 2%.

"Ekonomi Korea Selatan kehilangan momentum lagi, saat mulai melakukan pemulihan. Sentimen memburuk karena pelambatan ekonomi China mempengaruhi ekspor dan pendapatan wisata secara negatif" kata Park, sebagaimana dilansir Finansial Times. 



Korsel merupakan salah satu mitra dagang terbesar RI, sehingga pelambatan yang terjadi akan memberikan dampak ke ekspor-impor.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Januari ekspor non-migas RI ke Korsel tercatat sebesar US$ 476,2 juta turun 10,75% dari bulan sebelumnya. Nilai tersebut berkontribusi sebesar 3,78% terhadap total ekspor non-migas RI.

Sementara itu dari sisi impor non-migas, pada bulan Januari tercatat sebesar US$ 640 juta naik 15,32%. Nilai tersebut berkontribusi sebesar 5,21% dari total impor non-migas RI, dan menjadi yang terbesar ke-empat setelah China, Jepang, dan Singapura.

Dengan ekonomi yang diprediksi melambat lagi di bawah 2%, ada risiko ekspor Indonesia ke Negeri Gingseng akan semakin merosot, yang bisa membebani neraca dagang Indonesia ke depan. Belum lagi melihat China, Singapura, dan Jepang yang juga merupakan mitra dagang terbesar juga diprediksi mengalami pelambatan ekonomi, bahkan terancam resesi. Outlook neraca dagang yang memburuk membuat rupiah terpukul berat.  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular