
Siap-siap! Dolar Australia Sedikit Lagi ke Bawah Rp 9.000
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 February 2020 13:35

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah di awal perdagangan Jumat (21/2/2020), mendekati level Rp 9.000/AU$. Kondisi pasar tenaga kerja Australia yang memburuk membuat probabilitas pemangkasan suku bunga kembali meningkat dan menekan Mata Uang Kanguru.
Dolar Australia melemah 0,17% ke Rp 9.046,74 di awal perdagangan hari ini. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 15 Juli 2013. Posisi dolar Australia membaik pada pukul 11:00 WIB, SG$ 1 setara Rp 9.074,45 atau berbalik menguat 0,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Kamis kemarin, Biro Statistik Australia melaporkan tingkat pengangguran di bulan Januari naik menjadi 5,3% dibandingkan dengan bulan sebelumnya 5,1%. Pasar tenaga kerja merupakan salah satu acuan Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) untuk menetapkan suku bunga.
Seperti diketahui sebelumnya, pada tahun lalu RBA sudah memangkas suku bunga sebanyak 3 kali hingga ke rekor terendah 0,75%.
Bank sentral pimpinan Philip Lowe ini sempat diprediksi akan memangkas suku bunga di awal bulan ini, tetapi masih dipertahankan. Dengan kenaikan tingkat pengangguran, peluang suku bunga kembali dipangkas semakin menguat.
Apalagi pertumbuhan ekonomi China, mitra dagang utama Australia, diprediksi melambat di tahun ini akibat wabah virus corona.
RBA memprediksi pertumbuhan ekonomi di tahun ini sebesar 2,75% dan 3% di tahun 2021. Australia masih jauh dari resesi, tetapi proyeksi yang diberikan sebelum adanya wabah virus corona meluas.
Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis dari Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini virus corona telah memakan korban meninggal sebanyak 2.247 orang, dan menjangkiti lebih dari 76.000 orang di berbagai negara, termasuk 15 di Australia.
Wabah virus corona yang berpusat di kota Wuhan China diprediksi akan memangkas pertumbuhan ekonomi Negeri Tiongkok sebesar 1,2% oleh S&P.
Sementara Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%. Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.
Prediksi pelambatan tersebut membuat dolar Australia terus tertekan melawan rupiah. Sejak awal tahun hingga Kamis kemarin, dolar Australia sudah merosot 7,23%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Dolar Australia melemah 0,17% ke Rp 9.046,74 di awal perdagangan hari ini. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 15 Juli 2013. Posisi dolar Australia membaik pada pukul 11:00 WIB, SG$ 1 setara Rp 9.074,45 atau berbalik menguat 0,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Kamis kemarin, Biro Statistik Australia melaporkan tingkat pengangguran di bulan Januari naik menjadi 5,3% dibandingkan dengan bulan sebelumnya 5,1%. Pasar tenaga kerja merupakan salah satu acuan Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) untuk menetapkan suku bunga.
Bank sentral pimpinan Philip Lowe ini sempat diprediksi akan memangkas suku bunga di awal bulan ini, tetapi masih dipertahankan. Dengan kenaikan tingkat pengangguran, peluang suku bunga kembali dipangkas semakin menguat.
Apalagi pertumbuhan ekonomi China, mitra dagang utama Australia, diprediksi melambat di tahun ini akibat wabah virus corona.
RBA memprediksi pertumbuhan ekonomi di tahun ini sebesar 2,75% dan 3% di tahun 2021. Australia masih jauh dari resesi, tetapi proyeksi yang diberikan sebelum adanya wabah virus corona meluas.
Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis dari Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini virus corona telah memakan korban meninggal sebanyak 2.247 orang, dan menjangkiti lebih dari 76.000 orang di berbagai negara, termasuk 15 di Australia.
Wabah virus corona yang berpusat di kota Wuhan China diprediksi akan memangkas pertumbuhan ekonomi Negeri Tiongkok sebesar 1,2% oleh S&P.
Sementara Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%. Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.
Prediksi pelambatan tersebut membuat dolar Australia terus tertekan melawan rupiah. Sejak awal tahun hingga Kamis kemarin, dolar Australia sudah merosot 7,23%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular