Polling CNBC: 57% Netizen Masih Minat Investasi Saham Lho

Wanti Puspa Gustiningsih & Fetty Diana, CNBC Indonesia
19 February 2020 11:30
Pasar keuangan dan pasar modal belakangan ini dihantam berbagai kasus investasi.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dan pasar modal belakangan ini dihantam berbagai kasus investasi, mulai dari investasi PT Asuransi Jiwasraya (Persero), potensi kerugian investasi PT Asabri (Persero), belum terbayarnya klaim AJB Bumiputera, hingga likuidasi sejumlah produk reksa dana oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Bahkan kasus investasi Jiwasraya sudah masuk ranah hukum dengan penyidikan oleh Kejaksaan Agung (Kejagung). Potensi kerugian negara juga diprediksi mencapai Rp 17 triliun.

Tak hanya itu, kasus Jiwasraya pun berdampak besar karena dalam penyidikan Kejagung memblokir sebanyak 800 sub rekening efek, 212 di antaranya rekening efek saham (single investor identification/SID), sehingga berimbas pada sektor lain termasuk perusahaan efek (sekuritas), investor saham, dan asuransi jiwa.


Perusahaan efek (sekuritas) dan investor saham tak bisa me lakukan jual-beli saham karena rekening diblokir, sementara asuransi jiwa juga tak bisa mencairkan klaim nasabah karena rekeningnya ikut diblokir.

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia sebelumnya juga sudah mendesak Kejagung untuk selektif agar rekening yang tak terkait Jiwasraya juga segera dibuka. Begitu juga dengan Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) sehingga OJK dan Kejagung menggelar pertemuan pada Selasa sore kemarin (18/2).

Masalah kian ramai ketika pada Minggu lalu (16/2), puluhan investor reksa dana PT Minna Padi Aset Manajemen 'menyerbu' pengacara kondang Hotman Paris untuk mengadukan nasib dana reksa dananya yang 'nyangkut'. Hari ini, 19 Februari, adalah batas akhir likuidasi 6 produk reksa dana Minna Padi. Likuidasi itu dilakukan OJK karena ada temuan produk tersebut menjanjikan keuntungan pasti.


Nah, apakah sejumlah kasus ini berpengaruh pada persepsi investor untuk berinvestasi di saham, reksa dana produk pasar modal lainnya seperti Obligasi Negara Ritel (ORI) dan obligasi korporasi serta produk turunan lain seperti KIK-EBA dan ETF?

Untuk mengetahui ini, sejak Senin malam (17/2) hingga Selasa sore (18/2), Tim Medsos CNBC Indonesia menggelar polling sederhana di Twitter untuk mengetahui persepsi yang terbangun.

Pertanyaan yang diajukan adalah, "Apakah investor masih tinggi minatnya untuk berinvestasi di saham dan reksa dana?"

Jawabannya yakni "Iya Berminat" sebanyak 57%, sementara "Tidak Berminat" 42,7%. Polling yang terlibat sebanyak 89 votes.

Sementara pertanyaan lanjutan, "Jika iya, lalu pilihan investasi apa yang kamu beli?"

Saham berada di urutan pertama dengan 64,5%, sementara ORI dan reksa dana sama-sama 12,9%, sisanya obligasi korporasi 9,7%.

Foto: Medsos CNBC Indonesia

[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article IHSG Ambyar, Investor Rugi Besar!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular