
Digoyang Kabar Gagal Bayar, Begini Arah Saham Tiphone Mobile

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara (suspensi) saham PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) mulai sesi I karena disebut-sebut mengalami gagal bayar atas obligasi yang diterbitkan pada 2019 lalu.
Bursa menyebut ada penundaan pembayaran bunga keempat dan pelunasan pokok atas Obligasi Berkelanjutan II Tiphone Tahap I Tahun 2019. Obligasi tersebut mempunyai nilai pokok senilai Rp 53 miliar dengan tingkat bunga 11,5% per tahun.
Data bursa mencatat, saham TELE pada perdagangan Senin (17/2/2020) kemarin ditutup pada harga Rp 197/saham dengan koreksi 2,47%. Nilai transaksi sebanyak 30,7 juta unit saham senilai Rp 6,13 miliar, turun dari nilai transaksi sebelumnya di Rp 23,19 miliar.
Emiten yang dikendalikan PT Upaya Cipta Sejahtera dengan persentase kepemilikan 37,3% tersebut mengalami kenaikan harga saham 5,35% dalam sepekan, akan tetapi sejak awal tahun (year to date/ytd) anjlok 34,33%.
Namun dalam pernyataannya, manajemen TELE membantah telah melakukan gagal bayar atas bunga dan pokok Obligasi Berkelanjutan II Tiphone Tahap I Tahun 2019 yang jatuh tempo hari ini, Selasa, 18 Februari 2020. Nilai pokok obligasi ini sebesar Rp 53 miliar dengan tingkat bunga 11,5% dan bertenor satu tahun.
Direktur Utama TELE Tan Lie Pin menyatakan telah melakukan pembayaran kepada pemegang obligasi secara langsung. Hal ini tertera dalam surat yang ditujukan perseroan kepada PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada 17 Februari 2020.
"Namun KSEI tidak mengakui proses pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan karena dianggap menyalahi teknis pembayaran," katanya, dalam keterangan pers, Selasa (18/2/2020).
Analisis Saham TELE
Saham TELE bergerak dalam tren menurun (downtrend) dalam jangka pendek. Sepanjang bulan Januari 2020 harganya sempat tertahan di Rp 200/saham yang merupakan support level pergerakannya. Pada bulan Februari level tersebut tertembus dan belum kembali hingga mengalami suspensi.
Ada potensi TELE akan terkoreksi ketika kembali diperdagangkan mengingat harga mulai bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam 5 hari terakhir (MA-5). Persilangan turun (deadcross) tersebut berpotensi menguji level Rp 187/saham hingga Rp 164/saham sebagai target penurunan terdekat.
Potensinya cukup terbuka karena pergerakan saham TELE belum mencapai level jenuh jualnya (oversold) menurut indikator teknikal Relative Strength Indeks (RSI).
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!