Corona Makin Seram, Crazy Rich Tahir Bicara Nasib Ekonomi RI

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
14 February 2020 13:38
Hal ini juga menjadi sentimen negatif bagi dunia usaha, sehingga pelaku usaha cenderung wait and see.
Foto: Dato Sri Tahir (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Konglomerat dan juga pendiri Grup Mayapada, Dato Sri Tahir angkat suara mengenai kondisi perekonomian Indonesia yang terkena dampak dari meluasnya penyebaran virus korona jenis baru (covid-19).

Virus korona, saat ini telah menewaskan 1.491 orang di China dan menginfeksi lebih dari 64.000 orang di seluruh dunia dan menjadi kecemasan global.

Hal ini juga menjadi sentimen negatif bagi dunia usaha, sehingga pelaku usaha cenderung wait and see. Menurut Dato Sri Tahir, saat ini, pengusaha maupun investor sedang memantau perkembangan terbaru dari wabah virus ini.

Filantropis kelahiran Surabaya 57 tahun lalu ini mengatakan, dampak meluasnya virus ini akan menyebabkan lesunya industri pariwisata di Indonesia, karena pemerintah telah menutup rute penerbangan dari dan menuju Wuhan, China.

"Pasti corona effect ke China dan kita sedikit banyak ada dampak misalnya tourism, dan eceran juga akan sepi," kata Dato Sri Tahir, kepada CNBC Indonesia, Jumat (14/2/2020).

Terpisah, menurut Riset terbaru Morgan Stanley bertajuk "Coronavirus Impact: Recovery Delayed, Not Derailed", meluasnya virus korona di Wuhan, China akan menekan pertumbuhan ekonomi global di triwulan pertama 2020 diperkirakan akan terpangkas 50 hingga 75 basis poin.

Ada tiga skenario yang menunjukkan terpangkasnya pertumbuhan PDB global. Pada skenario pertama, PDB global akan terkontraksi sebesar 15-30 basis poin bila aktivitas produksi di China kembali pulih setelah 10 Februari 2020.

Skenario kedua, bila normalisasi secara gradual, PBD global akan terpangkas sebesar 35-50 basis poin. Dalam skenario ini dijelaskan, pekerja migran bisa menghadapi kesulitan untuk kembali bekerja dan logistik transportasi akan memakan waktu lebih lama untuk kembali normal.

"Ini akan memangkas pertumbuhan ekonomi global pada 1Q20 sebesar 35-50ps," tulis riset Morgan Stanley.

Selanjutnya, pada skenario ketiga dengan asumsi wabah virus korona berkepanjangan dan akan memuncak pada April 2020, maka pertumbuhan PDB global di kuartal 1-2020 akan terkontraksi 50-75 basis poin. Sedangkan, pada semester pertama 2020 diperkirakan akan terpangkas 35-50 basis poin.
(hps/hps) Next Article Mayapada Beli Gedung Milik Tahir Rp 1 T, Buat Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular