Analisis

Masih Loyo, Rupiah Berisiko Melemah 3 Pekan Beruntun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 February 2020 13:12
Rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,04% di Rp 13.680/US$. Depresiasi rupiah bertambah besar hingga 0,26% ke Rp 13.710/US$
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (14/2/2020). Akibatnya, Mata Uang Garuda kini berisiko membukukan pelemahan tiga pekan beruntun.

Dalam empat hari perdagangan pekan ini, rupiah mencatat penguatan dan pelemahan masing-masing dua kali. Pergerakan hari ini akan menjadi penentu apakah rupiah akan melanjutkan pelemahan mingguan menjadi tiga kali beruntun.

Rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,04% di Rp 13.680/US$. Depresiasi rupiah bertambah besar hingga 0,26% ke Rp 13.710/US$, sebelum berhasil dipangkas menjadi 0,15% di Rp 13.695/US$ pada pukul 13:00 WIB di pasar spot, melansir data Refintiv.

Rupiah yang loyo pada hari ini masih disebabkan wabah virus corona yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, sehingga pasar dibuat cemas akan risiko pelambatan ekonomi China dan tentunya menyeret pertumbuhan ekonomi global.



Sejak awal tahun, rupiah mencatat penguatan cukup signifikan, sebesar 1,47% dan berada di dekat level terkuat dua tahun.

Salah satu penyebab perkasanya rupiah adalah perekonomian global yang diprediksi akan membaik di tahun ini. Tetapi kini risiko pelambatan ekonomi global justru meningkat akibat wabah Covid-19 yang makin mengganas.

Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis, total korban meninggal akibat virus corona sebanyak 1.491 orang. Dari total tersebut, sebanyak dua orang yang meninggal di luar China. Covid-19 kini telah menjangkiti lebih dari 64.000 orang di seluruh dunia. Itu artinya dalam dua hari terjadi penambahan pasien lebih dari 15.000 orang.

Masih belum jelas seberapa besar ekonomi China akan tertekan akibat wabah tersebut, hasil riset S&P memprediksi produk domestic bruto (PDB) Negeri Tiongkok akan terpangkas hingga 1,2%.

Indonesia juga berisiko terseret pelambatan ekonomi China, karena merupakan salah satu mitra dagang terbesar. Ekspor maupun impor dengan China tentunya akan terpukul. Akibatnya, rupiah belum mampu bangkit lagi.

Secara teknikal, rupiah masih berpeluang menipiskan pelemahan atau bahkan menguat pada hari ini. di pekan ini, rupiah menguat pada hari Selasa dan Rabu masing-masing 0,22% dan 0,04%.

Tidak hanya menguat, rupiah sekali lagi membentuk pola Black Marubozu pada hari Selasa. Saat itu Rupiah membuka perdagangan di level Rp 13.690/US$, dan mengakhiri perdagangan di Rp 13.660/US$, atau menguat 0,22%.

Level terlemah rupiah sama dengan level pembukaan, sementara level terkuat sama dengan level penutupan, sehingga secara teknikal masih mengukir pola Black Marubozu.

Masih Loyo, Rupiah Berisiko Melemah 3 Pekan BeruntunGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Sumber: Refinitiv


Black Marubozu kerap dijadikan sinyal harga suatu instrumen akan menurun lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah. Terakhir kali rupiah membentuk pola Black Marubozu pada 7 Januari lalu, sejak saat itu rupiah sempat menguat 2,2% ke Rp 13.565/US$ pada 24 Januari lalu.

Setelah mencapai level tersebut, penguatan rupiah terkikis, dan kini memasuki fase konsolidasi. Sekilas melihat ke belakang, penguatan tajam rupiah juga terjadi setelah menembus batas bawah pola Descending Triangle di level Rp 13.885/US$. Target penguatan setelah menembus pola tersebut Rp 13.245/US$, dan belum tercapai.

Rupiah masih berada pada fase konsolidasi dengan Rp 13.885/US$ menjadi batas atas dan Rp 13.565/US$ menjadi batas bawah. Dengan kembali munculnya Black Marubozu, di pekan ini, rupiah sebenarnya berpeluang menguat, tetapi wabah virus corona membuat rupiah loyo.

Untuk pergerakan hari hingga Jumat besok, melihat grafik 1 jam indikator stochastic bergerak naik dan berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Masih Loyo, Rupiah Berisiko Melemah 3 Pekan BeruntunGrafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam
Sumber: Refinitiv


Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought untuk pasangan USD/IDR, itu menjadi sinyal harga akan berbalik turun. Ini berarti rupiah berpeluang memangkas pelemahan atau bahkan menguat.

Resisten (tahanan atas) terdekat berada di Rp 13.715/US$, selama tidak menembus level tersebut rupiah berpeluang memangkas pelemahan ke Rp 13.690/US$. Jika level tersebut berhasil dilewati, Mata Uang Garuda berpotensi menguat ke Rp 13.660/US$.

Sementara jika resisten ditembus, rupiah berisiko melemah menuju Rp 13.730/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular