Akibat Corona, Rupiah Lemah 'Dikeroyok' Tiga Dolar

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 February 2020 12:46
Sejak awal tahun, rupiah mencatat penguatan cukup signifikan melawan ketiga dolar tersebut.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan tiga dolar sekaligus pada perdagangan Jumat (14/2/2020) akibat penyebaran virus corona yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Pelaku pasar kembali dibuat cemas akan melambatnya ekonomi China akibat virus corona, yang tentunya berdampak pada pertumbuhan ekonomi global.

Pada pukul 11:00 WIB, rupiah melemah 0,18% melawan dolar AS ke level Rp 13.700/US$. Sementara melawan dolar Singapura dan dolar Australia melemah 0,18% dan 0,2% ke Rp 9.856,82/SG$ dan Rp 9.205,03/AU$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Sejak awal tahun, rupiah mencatat penguatan cukup signifikan melawan ketiga dolar tersebut. Hingga Kamis kemarin, rupiah tercatat menguat 1,47% dan berada di dekat level terkuat dua tahun.

Sementara melawan dolar Singapura rupiah menguat 4,7% berada dekat di level terkuat sejak September 2017, dan berhadapan dengan dolar Australia berada dekat di level terkuat sejak Agustus 2013 dengan penguatan 5,87%.


Salah satu penyebab perkasanya rupiah adalah perekonomian global yang diprediksi akan membaik di tahun ini. Tetapi kini risiko pelambatan ekonomi global justru meningkat akibat wabah Covid-19 yang makin mengganas.

Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis, total korban meninggal akibat virus corona sebanyak 1.491 orang. Dari total tersebut, sebanyak dua orang yang meninggal di luar China. Covid-19 kini telah menjangkiti lebih dari 64.000 orang di seluruh dunia. Itu artinya dalam dua hari terjadi penambahan pasein lebih dari 15.000 orang.

Masih belum jelas seberapa besar ekonomi China akan tertekan akibat wabah tersebut, hasil riset S&P memprediksi produk domestic bruto (PDB) Negeri Tiongkok akan terpangkas hingga 1,2%.

Beberapa negara sudah mulai ketar-ketir akibat meningkatnya risiko pelambatan ekonomi Negeri Tiongkok. Jerman, motor penggerak ekonomi Eropa, menjadi salah satu negara yang dikhawatirkan akan terseret pelambatan ekonomi. Di kala pertumbuhan ekonomi Negeri Panser melambat, maka Eropa juga akan terseret.

"Tahun lalu kami menemukan seberapa sensitif ekonomi Jerman terhadap China, dan saya pikir setiap orang masih menganggap remeh bagaimana dampak ekonomi China dan ke Eropa," kata John Marley, konsultan senior dan spesialis manajemen risiko valuta asing di SmartCurrencyBusiness, sebagaimana dilansir Reuters.

Indonesia juga berisiko terseret pelambatan ekonomi China, karena merupakan salah satu mitra dagang terbesar. Ekspor maupun impor dengan China tentunya akan terpukul. Akibatnya, rupiah belum mampu melanjutkan tren penguatan sejak awal tahun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular