
Duh! IMF Sebut Dampak Ekonomi Corona Lebih Parah dari SARS

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan wabah virus corona (COVID-19) yang mematikan lebih berdampak pada pertumbuhan global daripada virus SARS yang mewabah di dunia pada 2002-2003.
"Jelas lebih berdampak [pada ekonomi dunia daripada epidemi SARS]," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva kepada CNBC International, Rabu (12/2/2020).
Baik corona virus jenis baru yang disebut COVID-19 maupun virus yang menimbulkan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) sama-sama berasal dari China.
Bedanya, COVID-19 yang ditemukan di Wuhan pada Desember 2019 telah memakan korban jiwa lebih dari 1.300 orang dalam waktu kurang dari 2 bulan sejak ditemukan (sampai Kamis pagi). Dalam hal penyebarannya, COVID-19 telah mencapai 26 negara dan menjangkiti lebih dari 60.000 orang di seluruh dunia, menurut data Coronavirus COVID-19 Global Cases by Johns Hopkins CSSE.
![]() |
Sedangkan SARS yang mewabah pada 2002-2003 hanya memakan korban jiwa hampir 800-an orang di seluruh dunia dan menjangkiti sekitar 8.000-an lebih orang selama periode itu.
Inilah yang menjadi salah satu alasan pernyataan Georgieva. Selain itu, kondisi China yang saat ini menjadi salah satu pemasok terbesar kebutuhan dunia dan merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, juga disebutnya akan berdampak pada ekonomi global.
Sebagaimana diketahui, COVID-19 telah membuat China terpaksa harus mengkarantina beberapa kotanya untuk mencegah penyebaran virus. Hal ini pun telah dilaporkan berdampak pada penundaan produksi dan juga sulitnya akses pada kota-kota yang banyak di antaranya merupakan tempat pabrik-pabrik produsen berada.
"China yang [dulu] berbeda, dunia berbeda," kata Georgieva, dalam sebuah wawancara dengan Ivanka Trump di acara Departemen Luar Negeri AS tentang pemberdayaan ekonomi untuk perempuan.
Selama wabah SARS, China hanya (menyumbang) 8% dari ekonomi global, jelas Georgieva lagi. "Hari ini, China menghasilkan 28%, dengan dampak yang mungkin terjadi melalui rantai nilai di negara lain."
Amerika Serikat (AS), yang adalah ekonomi terbesar di dunia, bahkan telah mengakui bahwa keadaan di China akan mempengaruhi ekonominya. Hal ini disampaikan secara langsung oleh Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell.
"Terlalu tidak pasti untuk berspekulasi tentang level [gangguan] apa yang akan terjadi, dan apakah akan persisten, atau apakah itu akan menyebabkan perubahan material dalam prospek. Tetapi kami memproyeksikan akan ada beberapa efek." katanya.
"[Dampaknya akan substansial di China] tetapi mungkin kurang substansial pada mitra dagang langsung mereka. Dan kita akan melihat data ekonomi." jelasnya lagi.
(tas/tas) Next Article Corona Lebih Menakutkan dari SARS, Ini 3 Alasannya
