Ada Harapan Corona 'Punah' di April, Rupiah Nge-Tril

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 February 2020 10:26
Ada Harapan Corona 'Punah' di April, Rupiah Nge-Tril
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga masih bertahan di zona hijau di perdagangan pasar spot.

Pada Rabu (12/2/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.659. Rupiah menguat 0,2% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.

Sedangkan di pasar spot, rupiah juga menapaki jalur hijau. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.650 di mana rupiah menguat 0,07%.

Kala pembukaan pasar spot, apresiasi rupiah masih 0,15%. Selepas itu penguatan rupiah menipis tetapi setidaknya belum melemah.


Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang utama Asia pun menguat di hadapan greenback. Sejauh ini hanya yen Jepang dan peso Filipina yang masih nyangkut di zona merah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:17 WIB:





Mata uang Asia masih bisa menguat meski penyebaran virus Corona terlihat kian mencemaskan. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 09:43 WIB, jumlah kasus virus Corona di seluruh dunia mencapai 45.182. Korban jiwa semakin banyak menjadi 1.115 orang.

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sampai memberi label Corona lebih berbahaya ketimbang teroris. "Dunia harus bangkit dan melihat virus ini sebagai musuh nomor satu," tegasnya, seperti diberitakan Reuters.


Namun pelaku pasar lega mendengar kabar bahwa penyebaran virus Corona mulai mereda. Di Provinsi Hubei (China), 'kampung halaman' virus Corona, kasus baru yang tercatat mencatat rekor terendah sejak Januari.

Bahkan muncul pernyataan penyebaran virus Corona di China akan berakhir pada April. Zhong Nanshan, epidemiolog China yang terkenal kala penanganan penyebaran SARS pada 2003, mengatakan bahwa tidak lama lagi penyebaran virus Corona akan mereda. Puncak penyebaran akan terjadi pada pertengahan atau akhir Februari, menurun pada Maret, dan selesai pada April.

"Saya berharap penyebarannya berakhir pada April. Saat ini juga sudah ada penurunan jumlah kasus di Guangdong, Zhejiang, dan beberapa lokasi lainnya. Ini adalah kabar gembira untuk kita semua," kata Zhong, dikutip dari Reuters.


Selain itu, pemerintah dan bank sentral China (PBoC) telah melakukan antisipasi untuk meredam dampak virus Corona terhadap perekonomian. PBoC, misalnya, menyuntikkan likuiditas besar-besaran melalui operasi reverse repo. Sementara otoritas keuangan dan asuransi memerintahkan perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit.

Reuters mengabarkan, sudah lebih dari 300 perusahaan di China yang sedang dalam proses pencairan kredit baru untuk mengatasi dampak penyebaran virus Corona. Beberapa di antaranya adalah nama besar seperti raksasa teknologi Xiaomi dan pemain besar transportasi online Didi Chuxing.


Pemerintah berjanji perusahaan tidak akan menunggu lama untuk segera mendapatkan dana segar. Permohonan kredit akan melalui jalur cepat dan suku bunga khusus yang lebih rendah dari suku bunga pasar.

Perkiraan bahwa penyebaran virus Corona bisa selesai pada April plus antisipasi dari pemerintah China dan PBoC membuat pelaku pasar lebih tenang. Bahkan ada harapan stimulus dari China akan merembes ke pasar keuangan dunia. Siraman likuiditas ini tentu akan membuat pasar bergairah.



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular