
Lolos dari "Lubang Jarum", IHSG Bangkit dengan Menguat 0,04%

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil lolos dari lubang jarum dengan ditutup menguat pada menit-menit terakhir perdagangan akan ditutup atau waktu pasca perdagangan (after market).
IHSG ditutup dengan kenaikan hanya 2 poin atau 0,04% pada level 5.954. Nilai transaksi terbilang sepi dengan hanya menciptakan Rp 4,8 triliun, jauh lebih rendah dari rata-rata nilai harian sepekan sebelumnya yang mencapai Rp 6,8 triliun.
Dari nilai tersebut, investor asing membukukan beli bersih (net buy) di pasar reguler senilai Rp 228,69 miliar, akan tetapi di pasar non reguler (pasar negosiasi maupun tunai), asing mencatatkan net sell sebesar Rp 2,49 miliar.
Saham-saham yang banyak diburu asing di pasar reguler yakni: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 203,55 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia/TLKM (Rp 63,87 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 62,42 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 56,05 miliar).
Secara sektoral, finansial menjadi pendorong utama penguatan IHSG yang naik 0,22% dan menyumbang 4 poin, disusul sektor properti yang menguat 0,51% dan menyumbang hampir 2 poin, dan sektor pertambangan yang menguat 0,64% dan menyumbang hampir 2 poin.
Sedangkan sektor pemberat bagi IHSG ialah sektor aneka industri yang melemah 1,2% dan menyumbang 3 poin lebih pelemahan bagi IHSG. Selanjutnya pelemahan pada sektor konsumer sebesar 0,24% juga menjadi pemberat IHSG dengan sumbangan pelemahan 2 poin lebih.
Seperti diketahui Pemerintah China melarang operasi pabrik otomotif di Wuhan hingga Senin (17/2/2020) karena wabah virus corona yang semakin banyak memakan korban jiwa.
Hal ini berpotensi membuat rantai pasok industri otomotif di dunia menjadi tersendat. Sejumlah pabrikan otomotif yang terdampak langsung dari kebijakan tersebut karena operasinya yang ada di kota Wuhan yakni: General Motors (GM), Nissan, Renault, Honda, dan PSA Grup (Peugeot).
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) pada hari ini Selasa (11/2/2020) mengumumkan bahwa penjualan eceran (retail sales) pada bulan Desember turun 0,5%.
Pada kuartal IV-2019, penjualan ritel tumbuh 1,5% YoY, sedikit lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya yaitu 1,4% YoY. Peningkatan pertumbuhan tersebut ditopang oleh penjualan kelompok makanan, minuman dan tembakau, kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya, serta kelompok suku cadang dan aksesori yang tetap tinggi.
"Tekanan kenaikan harga di tingkat pedagang eceran dalam enam bulan mendatang (Juni 2020) diprakirakan menurun. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 6 bulan yang akan datang sebesar 166,0, lebih rendah dari 177,8 pada bulan sebelumnya. Menurunnya harga pada bulan Juni diprakirakan karena kembali normalnya harga pasca Ramadan dan HBKN Idul Fitri," lanjut keterangan BI.
(yam/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000