Commodity

Harga Emas Turun, Posisi Masih di Level Tinggi

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
08 February 2020 17:20
Harga emas memang turun, tapi posisinya masih relatif tinggi.
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas di pasar global masih di level tingginya di tengah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh wabah virus corona (nCov). Beberapa hari ini harga emas memang cenderung naik, tetapi secara mingguan masih terkoreksi. 

Emas mengalami penurunan sebesar 1,25% atau US$ 19,9 menjadi US$ 1.570,05 per ounce dalam sepekan terakhir sejak 3 Februari - 7 Februari 2020, hal ini ditengarai potensi perlambatan perekonomian global yang masih dihantui oleh virus corona.

Kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian seputar virus corona membuat emas tetap mendapatkan dukungan penguatan, sebut Edward Moya, tutur analis senior di broker OANDA.

Namun, dalam tiga hari terakhir harga emas memang cenderung naik dengan perdagangan pada hari Jumat (7/2/2020) berakhir dengan kenaikan 0,2% menjadi US$ 1.570,05 per ounce. Sejak awal tahun 2020 harga emas sudah naik 5,57%.



Dilansir dari CNBC International, virus corona secara global telah menyebabkan 700 lebih total kematian di dunia hingga kini. Sedangkan jumlah korban yang terjangkit mencapai 33.800 orang. Hingga kini jumlah kematian terbanyak masih berasal dari China. Hingga Jumat (7/2/2020) jumlah kematian bertambah 81 orang di China.

Reuters melaporkan, telah ditemukan 2.841 kasus baru di Hubei. Sehingga secara total kasus virus corona yang terjadi di provinsi China tersebut sudah mencapai 24.953 kasus yang sebagian besar masih terjadi di kota Wuhan, ibu kota provinsi Hubei.

Meski masih dibayangi virus corona, akan tetapi kenaikan emas sedikit tertahan karena sebagian investor juga memburu dolar Amerika Serikat (AS) lantaran nilainya yang stabil sehingga terhindar dari penurunan nilai.

Faktor penurunan suku bunga bank sentral (interest rate) di beberapa negara juga membuat dolar AS mendapatkan momentum kenaikannya. Beberapa negara menurunkan suku bunga guna memompa perekonomian yang mana di satu sisi merupakan pemanis (sweetener) bagi investor untuk mau berinvestasi pada suatu negara.

Jika pemanis tersebut dikurangi dan ditambah dengan risiko pelemahan mata uang karena potensi penurunan ekonomi global, maka investor akan mencari pada mata uang yang cenderung kuat dan stabil (hard currency) seperti dolar AS meski dengan bunga yang lebih sedikit.

Beberapa negara yang menurunkan suku bunganya tahun ini yakni: Turki sebesar 0,75% (Januari), Ukraina 1,5% (Jan), Afrika Selatan 0,25% (Jan), Rusia 0,25% (Februari), Brazil 0,25% (Feb), Filipina 0,25% (Feb), dan Malaysia 0,25% (Jan).

Di pasar internasional, perhitungan harga emas menggunakan dolar AS sebagai acuan perhitungan, ketika dolar AS mengalami kenaikan maka akan menekan harga emas, begitupun sebaliknya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/yam) Next Article Panik Virus Corona, Emas Diburu & Harga Sentuh Rekor Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular