
Virus Corona Masih Ganas, Harga Batu Bara Masih Membara
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
07 February 2020 14:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kontrak acuan kembali menguat pada penutupan perdagangan Kamis kemarin (6/2/2020). Merebaknya virus corona kini membuat persediaan batu bara China terus menipis.
Kemarin (6/2/2020) harga batu bara kontrak acuan ICE Newcastle naik 0,84% ke level US$ 71,7/ton. Hal yang sama juga terjadi pada harga batu bara kontrak futures di Zhengzhou Commodity Exchange yang juga mengalami kenaikan.
Virus corona memang jadi biang kerok jatuhnya harga komoditas dan pasar keuangan akhir-akhir ini. Patogen yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China bagian tengah ini sekarang sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia.
Virus yang masih satu golongan dengan penyebab SARS ini juga menyerang sistem pernapasan dan menyebabkan pneumonia pada orang yang terinfeksi.
Menurut laporan terbaru John Hopkins CSSE, jumlah orang yang terjangkit virus ini sudah mencapai 31.477.
Kasus terbanyak dilaporkan di China. Sampai saat ini China telah melaporkan 31.165 kasus orang yang positif terinfeksi virus ini. Sebanyak 312 kasus dilaporkan di 27 negara lainnya.
Jumlah korban meninggal juga terus bertambah. Virus corona baru ini telah merenggut nyawa 638 orang. Korban meninggal kebanyakan dilaporkan di China mencapai 636 orang. Dua kasus meninggal dilaporkan di luar China. Satu di Hong Kong dan satu di Filipina.
Merebaknya virus ini di China membuat libur diperpanjang dan aktivitas perdagangan serta manufaktur menjadi terganggu. Transportasi pengiriman komoditas dari dan ke China juga ikut terhambat. Aktivitas pertambangan untuk sementara juga dihentikan agar virus tak terus menyebar ke mana-mana.
Momen liburan tahun baru imlek yang sepi dan terganggunya aktivitas ekonomi membuat pelaku pasar mengkhawatirkan permintaan terhadap komoditas terutama batu bara dapat terganggu. Pasalnya China merupakan negara konsumen batu bara terbesar di dunia.
Namun saat liburan usai, kini kekhawatiran beralih ke sisi suplai. Dengan penghentian aktivitas pertambangan, pasokan terus menipis. Data Refinitiv Coal Flow menunjukkan, total persediaan batu bara di pelabuhan utama China lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu.
Total stok di pelabuhan Caofeidian, Qinhuangdao dan Jingtang mencapai 12,93 juta ton per 17 Januari 2020, jauh lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 16,91 juta ton.
Menipisnya pasokan akibat pembatasan aktivitas pertambangan dan pengiriman komoditas ini sekarang yang menjadi sorotan dan kekhawatiran di pasar, sehingga harga batu bara kembali terangkat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara
Kemarin (6/2/2020) harga batu bara kontrak acuan ICE Newcastle naik 0,84% ke level US$ 71,7/ton. Hal yang sama juga terjadi pada harga batu bara kontrak futures di Zhengzhou Commodity Exchange yang juga mengalami kenaikan.
Virus corona memang jadi biang kerok jatuhnya harga komoditas dan pasar keuangan akhir-akhir ini. Patogen yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China bagian tengah ini sekarang sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia.
Virus yang masih satu golongan dengan penyebab SARS ini juga menyerang sistem pernapasan dan menyebabkan pneumonia pada orang yang terinfeksi.
Menurut laporan terbaru John Hopkins CSSE, jumlah orang yang terjangkit virus ini sudah mencapai 31.477.
Jumlah korban meninggal juga terus bertambah. Virus corona baru ini telah merenggut nyawa 638 orang. Korban meninggal kebanyakan dilaporkan di China mencapai 636 orang. Dua kasus meninggal dilaporkan di luar China. Satu di Hong Kong dan satu di Filipina.
Merebaknya virus ini di China membuat libur diperpanjang dan aktivitas perdagangan serta manufaktur menjadi terganggu. Transportasi pengiriman komoditas dari dan ke China juga ikut terhambat. Aktivitas pertambangan untuk sementara juga dihentikan agar virus tak terus menyebar ke mana-mana.
Momen liburan tahun baru imlek yang sepi dan terganggunya aktivitas ekonomi membuat pelaku pasar mengkhawatirkan permintaan terhadap komoditas terutama batu bara dapat terganggu. Pasalnya China merupakan negara konsumen batu bara terbesar di dunia.
Namun saat liburan usai, kini kekhawatiran beralih ke sisi suplai. Dengan penghentian aktivitas pertambangan, pasokan terus menipis. Data Refinitiv Coal Flow menunjukkan, total persediaan batu bara di pelabuhan utama China lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu.
Total stok di pelabuhan Caofeidian, Qinhuangdao dan Jingtang mencapai 12,93 juta ton per 17 Januari 2020, jauh lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 16,91 juta ton.
Menipisnya pasokan akibat pembatasan aktivitas pertambangan dan pengiriman komoditas ini sekarang yang menjadi sorotan dan kekhawatiran di pasar, sehingga harga batu bara kembali terangkat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara
Most Popular