
Kemitraan Blue Bird-Gojek Berlanjut, Berdampak ke Kinerja?

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten jasa transportasi PT Blue Bird Tbk (BIRD) melanjutkan kolaborasi kerja sama dengan Gojek setelah bermitra pada 1 Februari 2017 atau 3 tahun lamanya. Kerja sama itu diperpanjang lagi pada 4 Februari 2020.
Direktur Utama BIRD Noni Sri Ayati Purnomo dan Direktur BIRD Adrianto Djokosoetono, mengatakan mengalahkan kolaborasi perseroan dengan Gojek akan menunjang secara langsung kegiatan operasional perseroan dan anak-anak perusahaan.
"Dampak terhadap hukum, tidak melanggar peraturan dan perjanjian-perjanjian dengan pihak ketiga, tidak berdampak negatif terhadap kondisi keuangan," tulis mereka, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Kamis (6/2/2020).
"Akan menunjang kegiatan operasional perseroan dan anak-anak perusahaan dengan itu menunjang kelangsungan usaha perseroan dan anak-anak perusahaan," tulis keduanya.
BIRD sudah menjalin kerja sama dengan Go-Jek sejak 1 Februari 2017. Taksi berlogo burung biru dan sudah masuk ke taksi listrik itu menilai kerja sama tersebut merupakan bentuk win-win solution antar kedua belah pihak di tengah penetrasi taksi online yang begitu cepat.
"Kita lihat hasil yang gembirakan, ini menguntungkan dua belah pihak. Dari Go-Jek mereka bisa akses armada Blue Bird. Ini additional (tambahan) bagi konsumen untuk booking Blue Bird," kata Head of Investor Relations Blue Bird Michael Tene saat itu, Rabu (29/3/2017), dikutip Detiknews.
Skema kerja sama dari keduanya ini yakni Gojek sebagai perusahaan IT hanya menambah layanan pemesanan taksi Blue Bird di dalam aplikasinya. Kerja sama itu sangat menguntungkan bagi driver Blue Bird meskipun pihaknya juga sudah memiliki aplikasi sendiri yakni My Blue Bird.
Dari sisi kinerja, pada periode Januari-September 2019, BIRD mengalami penurunan laba bersih mencapai 31,47% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai laba bersih tercatat Rp 229,33 miliar dari sebelumnya senilai Rp 334,66 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan, laba bersih per saham turun signifikan menjadi Rp 92 dari sebelumnya sebesar Rp 134.
Turunnya laba bersih ini salah satu dipicu karena terjadinya penurunan pendapatan perusahaan sebesar 4,73% secara year on year (YoY). Total pendapatan terkoreksi menjadi Rp 2,96 triliun dari sebelumnya Rp 3,10 triliun di akhir September 2018.
Pos pendapatan ini melemah karena terjadinya pengurangan pendapatan kendaraan taksi di periode sembilan bulan ini menjadi Rp 2,36 triliun, turun dari Rp 2,52 triliun.
Di awal tahun in Blue Bird melakukan terobosan dengan menyediakan armada taksi dengan mobil listrik pertama di Indonesia. Perusahaan ini meluncurkan 29 kendaraan listrik sebagai armada barunya. Rinciannya 25 unit kendaraan listrik asal China, BYD e6 A/T dan 4 unit Tesla Model X 75D A/T.
(tas/hps) Next Article Usai Pandemi, Taksi Konvensional Siap Nge-Gas Lagi?