
Sepi IPO Jumbo di Awal Tahun, Ternyata Ini Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga Januari 2020, setidaknya ada 8 perusahaan yang mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia melalui skema penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Namun, dari jumlah emisi yang dihimpun rata-rata masih di bawah Rp 250 miliar.
Ketua Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), Octavianus Budiyanto menilai, masih sepinya emisi jumbo lantaran perusahaan yang melangsungkan IPO tahun ini masih mempertimbangkan daya serap pasar.
Selain itu, kata Oky, yang juga Direktur Utama Kresna Sekuritas ini menilai katalis negatif di awal tahun seperti serangan AS terhadap Iran hingga meluasnya wabah virus korona menekan pasar saham.
Mengacu data BEI, secara year to date, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terkoreksi 5,10%.
"Ini kan tidak hanya dipengaruhi oleh pasar domestik tapi dipengaruhi pasar global juga. Untuk ke depan pastinya iya, IPO akan tergantung dari daya serap pasar," kata Oky kepada CNBC Indonesia, Rabu (5/2/2020).
Oky menerangkan, IPO di awal Januari ini adalah kelanjutan dari rencana IPO di tahun sebelumnya yang urung terlaksana. Meski rata-rata emisi yang dihimpun kecil, kata dia bukan tidak mungkin tetap bisa menarik minat investor asing, selama emiten mampu mencatatkan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
"Pertama bisnis harus menarik, sustain growth ada story yang menarik. Kecil kalau tumbuh kan jadi besar juga," lanjut dia.
Namun dia memberi catatan, agar distribusi pooling saham pada saat IPO harus benar dan tidak dikuasai oleh kalangan tertentu saja.
"Jangan dikuasai oleh segelintir pihak saja yang pada akhirnya bisa terjadi potensi harga naik dengan cepat tanpa didukung oleh fundamental," tukasnya.
Salah satu calon IPO yang dinanti pasar ialah Lion Air. Maskapai penerbangan yang didirikan oleh Rusdi Kirana, yaitu PT Lion Mentari Airlines atau Lion Air ini akan melakukan sosialisasi dan edukasi calon investor (pre-marketingroadshow) jelang IPO di BEI.
Aksi perusahaan itu diberitakan Reuters akan menyasar dana publik hingga US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 13,6 triliun (asumsi kurs Rp 13.600/US$).
Lion Air sebelumnya menargetkan dapat menjual sahamnya pada kuartal pertama tahun ini karena perusahaan mampu membukukan pertumbuhan kinerja, setelah kecelakaan maut pada salah satu pesawat Boeing 737 MAX yang mereka miliki, tulis Reuters (24/1/20).
1 | AMAR | PT Bank Amar Indonesia Tbk. | 09 Jan 2020 | 7.954.749.000 | Pengembangan | |
2 | AMOR | PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk. | 14 Jan 2020 | 1.111.111.200 | Pengembangan | |
3 | CSRA | PT Cisadane Sawit Raya Tbk. | 09 Jan 2020 | 2.050.000.000 | Pengembangan | |
4 | DMND | PT Diamond Food Indonesia Tbk. | 22 Jan 2020 | 9.468.359.000 | Utama | |
5 | INDO | PT Royalindo Investa Wijaya Tbk | 13 Jan 2020 | 4.309.100.000 | Pengembangan | |
6 | PGJO | PT Tourindo Guide Indonesia Tbk. | 08 Jan 2020 | 306.250.000 | Akselerasi | |
7 | PURA | PT Putra Rajawali Kencana Tbk. | 29 Jan 2020 | 5.301.463.280 | Pengembangan | |
8 | TRIN | PT Perintis Triniti Properti Tbk | 15 Jan 2020 | 4.373.333.400 | Utama |
(tas/tas) Next Article 10 Saham Ini Diserok Asing Sepekan, Punya Gak Sahamnya?