
Mohon Maaf, Rupiah! Dolar AS Ternyata Terlalu Kuat...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 February 2020 10:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun di pasar spot, rupiah yang sempat menguat sekarang malah lesu.
Pada Rabu (5/2/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.717. Rupiah menguat 0,31% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Penguatan ini memutus rantai depresiasi rupiah di kurs tengah BI yang sebelumnya terjadi selama empat hari perdagangan beruntun. Selama empat hari tersebut, pelemahan rupiah nyaris menyentuh 1%.
Sedangkan di perdagangan pasar spot, kinerja rupiah mengendur. Dibuka menguat 0,11%, rupiah melemah 0,15% ke Rp 13.725/US$ pada pukul 10:00 WIB.
Namun rupiah tidak sendirian di zona merah. Berbagai mata uang utama Asia pun tidak berdaya di hadapan dolar AS.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:06 WIB:
Â
Tidak cuma di Asia, dolar AS memang sedang menguat secara global. Pada pukul 09:50 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,07%.
Dolar AS kembali menjadi primadona karena kecemasan pelaku pasar terhadap penyebaran virus Corona. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 09:53 WIB, sudah ada 24.503 kasus virus Corona di seluruh dunia. Korban jiwa terus bertambah, kini menjadi 492 orang.
Virus Corona dikhawatirkan bisa melumpuhkan perekonomian China, bahkan dunia. Akibatnya, investor memilih untuk bermain aman dengan memburu aset-aset safe haven.
"Sampai sekarang, belum ada informasi yang menunjukkan bahwa penyebaran virus Corona sudah mencapai puncaknya. Informasi yang ada adalah penyebaran yang semakin luas. Selama kabar yang beredar masih seperti ini, maka dolar AS, yen Jepang, dan franc Swiss akan menjadi pilihan sementara mata uang negara-negara berkembang kurang diminati," jelas Jane Foley, Head of FX Strategy Rabobank, seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, keperkasaan dolar AS juga ditopang oleh rilis data di Negeri Paman Sam yang oke. Pada Februari 2020, pembacaan awal angka indeks optimisme ekonomi (Economic Optimism Index) adalah 59,8. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 57,4 sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Januari 2004.
Kemudian pemesanan produk manufaktur di AS pada Desember 2019 naik 1,8% dibandingkan bulan sebelumnya. Jauh membaik ketimbang November 2019 yang turun 1,2%. Pertumbuhan Desember 2019 menjadi yang terbaik sejak Agustus 2018.
Dua data tersebut membuat pelaku pasar makin yakin bahwa perekonomian AS bakal bangkit pada 2020. Artinya, Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) belum perlu menurunkan suku bunga karena ekonomi AS bisa tumbuh tanpa stimulus moneter.
Tanpa penurunan suku bunga acuan seperti tahun lalu yang mencapai tiga kali, berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) masih menarik. Permintaan terhadap mata uang ini meningkat dan nilai tukarnya jadi menguat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Rabu (5/2/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.717. Rupiah menguat 0,31% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Penguatan ini memutus rantai depresiasi rupiah di kurs tengah BI yang sebelumnya terjadi selama empat hari perdagangan beruntun. Selama empat hari tersebut, pelemahan rupiah nyaris menyentuh 1%.
Sedangkan di perdagangan pasar spot, kinerja rupiah mengendur. Dibuka menguat 0,11%, rupiah melemah 0,15% ke Rp 13.725/US$ pada pukul 10:00 WIB.
Namun rupiah tidak sendirian di zona merah. Berbagai mata uang utama Asia pun tidak berdaya di hadapan dolar AS.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:06 WIB:
Â
Tidak cuma di Asia, dolar AS memang sedang menguat secara global. Pada pukul 09:50 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,07%.
Dolar AS kembali menjadi primadona karena kecemasan pelaku pasar terhadap penyebaran virus Corona. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 09:53 WIB, sudah ada 24.503 kasus virus Corona di seluruh dunia. Korban jiwa terus bertambah, kini menjadi 492 orang.
Virus Corona dikhawatirkan bisa melumpuhkan perekonomian China, bahkan dunia. Akibatnya, investor memilih untuk bermain aman dengan memburu aset-aset safe haven.
"Sampai sekarang, belum ada informasi yang menunjukkan bahwa penyebaran virus Corona sudah mencapai puncaknya. Informasi yang ada adalah penyebaran yang semakin luas. Selama kabar yang beredar masih seperti ini, maka dolar AS, yen Jepang, dan franc Swiss akan menjadi pilihan sementara mata uang negara-negara berkembang kurang diminati," jelas Jane Foley, Head of FX Strategy Rabobank, seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, keperkasaan dolar AS juga ditopang oleh rilis data di Negeri Paman Sam yang oke. Pada Februari 2020, pembacaan awal angka indeks optimisme ekonomi (Economic Optimism Index) adalah 59,8. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 57,4 sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Januari 2004.
Kemudian pemesanan produk manufaktur di AS pada Desember 2019 naik 1,8% dibandingkan bulan sebelumnya. Jauh membaik ketimbang November 2019 yang turun 1,2%. Pertumbuhan Desember 2019 menjadi yang terbaik sejak Agustus 2018.
Dua data tersebut membuat pelaku pasar makin yakin bahwa perekonomian AS bakal bangkit pada 2020. Artinya, Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) belum perlu menurunkan suku bunga karena ekonomi AS bisa tumbuh tanpa stimulus moneter.
Tanpa penurunan suku bunga acuan seperti tahun lalu yang mencapai tiga kali, berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) masih menarik. Permintaan terhadap mata uang ini meningkat dan nilai tukarnya jadi menguat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular