
Analisis Teknikal
Muncul White Marubozu, Era Penguatan Rupiah Berakhir?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 February 2020 12:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah bergerak fluktuatif pada Selasa (4/2/2020) setelah melemah cukup tajam pada Senin kemarin. Rupiah sempat melemah 0,18% di awal perdagangan ke Rp 13.765/US$, kemudian berbalik menguat 0,15% ke Rp 13.720/US$, sebelum berada di level US$ 13.725/US$ pada pukul 12:00 WIB.
Sementara pada perdagangan pertama bulan Februari kemarin, Mata Uang Garuda melemah 0,66% di level Rp 13.740/US$. Sementara sepanjang bulan Januari, rupiah mampu menguat 1,66%.
Secara teknikal, penguatan rupiah tajam rupiah di bulan Januari terjadi setelah menembus ke batas bawah pola Descending Triangle, yang sebelumnya juga diikuti dengan munculnya pola Black Marubozu.
Pola Descending Triangle pada rupiah terbentuk sejak bulan Agustus 2019, yang artinya sudah berlangsung selama lima bulan sebelum batas bawah (support) Rp 13.885/US$ berhasil ditembus pada awal Januari.
Sementara itu, pola Black Marubozu muncul pada Selasa (7/1/2020), rupiah saat itu membuka perdagangan di level Rp 13.930/US$, dan mengakhiri perdagangan di Rp 13.870/US$, atau menguat 0,47%. Black Marubozu kerap dijadikan sinyal harga suatu instrumen akan menurun lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah.
Jika melihat Descending Triangle, dari titik atas Rp 14.525/US$ hingga ke batas bawah Rp 13.885/US$, ada jarak sebesar 640. Ketika pola Descending Triangle ditembus, target yang dituju juga sebesar jarak titik atas hingga ke batas bawah. Mengacu pada pola tersebut, secara teknikal target penguatan rupiah dalam jangka menengah adalah Rp 13.245/US$.
Level terkuat yang berhasil disentuh rupiah sejak menembus pola Descending Triangle dan munculnya Black Marubozu adalah Rp 13.565/US$ pada 24 Januari lalu. Setelahnya, rupiah perlahan melemah, hingga mengalami pelemahan cukup tajam kemarin.
Akibat pelemahan kemarin, muncul White Marubozu yang merupakan lawan Black Marubozu. Pada Senin rupiah membuka perdagangan di Rp 13.660/US$ dan mengakhiri perdagangan di Rp 13.740/US$. Level pembukaan itu sekaligus menjadi yang terkuat dan level penutupan menjadi yang terlemah, sehingga secara teknikal membentuk pola White Marubozu.
Berkebalikan dengan Black Marubozu, White Marubozu menjadi sinyal harga suatu instrumen akan bergerak naik lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS vs rupiah yang disimbolkan USD/IDR bergerak naik, artinya dolar AS menguat melawan rupiah.
Target pelemahan rupiah masih ke Rp 13.885/US$ batas bawah pola Descending Triangle yang kini menjadi resisten (tahanan atas). Jika level tersebut berhasil ditembus, rupiah berisiko terus melemah. Tetapi selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang kembali menguat dan memasuki fase konsolidasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Sementara pada perdagangan pertama bulan Februari kemarin, Mata Uang Garuda melemah 0,66% di level Rp 13.740/US$. Sementara sepanjang bulan Januari, rupiah mampu menguat 1,66%.
Secara teknikal, penguatan rupiah tajam rupiah di bulan Januari terjadi setelah menembus ke batas bawah pola Descending Triangle, yang sebelumnya juga diikuti dengan munculnya pola Black Marubozu.
Sementara itu, pola Black Marubozu muncul pada Selasa (7/1/2020), rupiah saat itu membuka perdagangan di level Rp 13.930/US$, dan mengakhiri perdagangan di Rp 13.870/US$, atau menguat 0,47%. Black Marubozu kerap dijadikan sinyal harga suatu instrumen akan menurun lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah.
![]() Sumber: Refinitiv |
Jika melihat Descending Triangle, dari titik atas Rp 14.525/US$ hingga ke batas bawah Rp 13.885/US$, ada jarak sebesar 640. Ketika pola Descending Triangle ditembus, target yang dituju juga sebesar jarak titik atas hingga ke batas bawah. Mengacu pada pola tersebut, secara teknikal target penguatan rupiah dalam jangka menengah adalah Rp 13.245/US$.
Level terkuat yang berhasil disentuh rupiah sejak menembus pola Descending Triangle dan munculnya Black Marubozu adalah Rp 13.565/US$ pada 24 Januari lalu. Setelahnya, rupiah perlahan melemah, hingga mengalami pelemahan cukup tajam kemarin.
Akibat pelemahan kemarin, muncul White Marubozu yang merupakan lawan Black Marubozu. Pada Senin rupiah membuka perdagangan di Rp 13.660/US$ dan mengakhiri perdagangan di Rp 13.740/US$. Level pembukaan itu sekaligus menjadi yang terkuat dan level penutupan menjadi yang terlemah, sehingga secara teknikal membentuk pola White Marubozu.
![]() Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian Sumber: investing.com |
Berkebalikan dengan Black Marubozu, White Marubozu menjadi sinyal harga suatu instrumen akan bergerak naik lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS vs rupiah yang disimbolkan USD/IDR bergerak naik, artinya dolar AS menguat melawan rupiah.
Target pelemahan rupiah masih ke Rp 13.885/US$ batas bawah pola Descending Triangle yang kini menjadi resisten (tahanan atas). Jika level tersebut berhasil ditembus, rupiah berisiko terus melemah. Tetapi selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang kembali menguat dan memasuki fase konsolidasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular