Turis China Dilarang Masuk, Saham Hotel Berguguran

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
03 February 2020 14:36
Hal ini merespons terdampaknya sektor pariwisata maupun perhotelan akibat dari kebijakan pemerintah yang melarang penerbangan dari dan ke China.
Foto: Bandara Soekarno Hatta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten perhotelan terkoreksi pada perdagangan hari ini, Senin (3/2/2020). Hal ini merespons terdampaknya sektor pariwisata maupun perhotelan akibat dari kebijakan pemerintah yang melarang penerbangan dari dan ke China.

Larangan ini menindaklanjuti terkait meluasnya penyebaran virus korona yang telah merenggut 259 korban di China dan telah menyebar ke 21 negara.

Saham emiten pengelola sejumlah hotel di Bali misalnya, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), terkoreksi 1,79% ke level Rp 55 per saham. Dalam sebulan terakhir, saham BUVA melemah 29,49%.

Emiten hotel lainnya, PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) juga terjerembab 3,75% ke posisi Rp 77 per saham. Tapi, dalam sebulan terakhir, saham FITT masih menghijau dengan penguatan sebesar 11,59%.

Sementara itu, emiten hotel PT Eastparc Hotel Tbk (EAST) juga terpantau melemah 4,44% ke level Rp 86 per saham. Sebulan terakhir, emiten hotel berkapitalisasi pasar Rp 354,87 miliar ini melemah 6,52%.

Bila pemerintah melarang turis asal Negeri Tirai Bambu bukan tidak mungkin jumlah kunjungan wisman di tahun ini bakal melorot. Sepanjang 2019 saja, mengacu data yang dipublikasi Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai 16,11 juta kunjungan naik 1,88%. Dari jumlah tersebut, turis asal China menyumbang sebesar 2,07 kunjungan atau memberi kontribusi sebesar 12,86%.

Menurut Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi, rata-rata kedatangan wisatawan China ke Indonesia sekitar 532.000 orang pada kuartal pertama selama periode 2017 - 2019. Setiap tahun secara total sekitar 2 juta wisatawan China ke Indonesia.

Namun, sejak merebaknya nCoV atau virus corona, pemerintah China telah menghentikan sejumlah rencana perjalanan ke luar negeri, yang tentunya akan mempengaruhi pendapatan pariwisata Indonesia pada kuartal pertama.

Data dari Bank Indonesia di Bali memperlihatkan, rata-rata seorang wisatawan China menghabiskan sekitar Rp 9,7 juta setiap kedatangan di Bali pada 2018.

''Biasanya turis dari China lebih suka datang pada kuartal pertama dan ketiga, dengan kasus ini, bila kedatangan wisatawan China berkurang sekitar 50% saja, kira berpotensi kehilangan pendapatan dari sektor pariwisata sekitar Rp 2,5 triliun,'' ungkap Lucky.

[Gambas:Video CNBC]




(hps/hps) Next Article Corona Mematikan, RI Bakal Kehilangan 2 Juta Kunjungan Turis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular