
Dolar Ngamuk, Sepekan Rupiah Drop 0,6% tapi Masih Juara Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sepanjang pekan melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS). Akan tetapi rupiah masih berjaya di dunia.
Sepanjang bulan Januari, rupiah membukukan penguatan 1,66%, penguatan tersebut membuat rupiah menjadi juara dunia alias mata uang dengan kinerja terbaik melawan dolar AS sepanjang tahun ini.
Tetapi status rupiah sebagai juara dunia mulai terancam, pelemahan di pekan ini membuat Mata Uang Garuda dipepet pound Mesir yang mencatat penguatan 1,56%, melansir data Refinitiv.
Rupiah di hari Jumat (31/1/2020) kemarin ditutup melemah 0,07% ke Rp 13.650/US$ di pasar spot melansir data refinitiv. Sepanjang pekan ini, rupiah melemah 0,63%, menjadikan pelemahan secara mingguan pertama setelah mencatat penguatan selama delapan pekan secara beruntun.
Dalam sepekan, kinerja rupiah menempati peringkat ke-3 jika dibandingkan kinerja mata uang utama Asia Tenggara, berikut datanya:
Virus corona masih menjadi penyebab kejatuhan pasar belakangan ini. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Kamis (30/1/2020) kemarin telah menetapkan wabah corona menjadi darurat internasional.
Virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut telah menyebar ke berbagai negara. Di China, 213 orang dilaporkan meninggal akibat virus tersebut, dan menjangkiti nyaris 10.000 orang, sebagaimana dilansir CNBC International.
Ekonomi China juga diperkirakan akan terpukul, bahkan lebih berat dibandingkan wabah Sindrom Pernapasan Akut Berat (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) pada 2003 lalu.
"Kami percaya dampak ekonomi dari virus corona akan lebih besar jika dibandingkan dengan SARS" kata analis dari Nomura, sebagaimana dilansir CNBC International.
Menurut Nomura, saat terjadi SARS produk domestic bruto (PDB) China turun 2% di kuartal II-2003 dari kuartal sebelumnya. "Berdasarkan asumsi kami, pertumbuhan PDB riil China di kuartal I-2020 bisa turun dari 6% yang dicatat pada kuartal IV-2019, dalam skala kemungkinan penurunannya lebih besar dari 2% yang dibukukan saat wabah SARS 2003" tambahnya.
Meski demikian analis dari Nomura tersebut menyakini pelambatan tersebut hanya sementara.
Ketika perekonomian China memburuk, maka kondisi ekonomi global akan turut mengingat posisinya sebagai negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS. Pelambatan ekonomi global akan membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dan tentunya memberikan dampak negatif bagi rupiah.
[Gambas:Video CNBC]
Meski sebenarnya rupiah cukup kuat menghadapi isu virus corona, tetapi melihat penguatannya yang cukup tajam sejak awal tahun, tentunya memicu niat pelaku pasar untuk mencairkan cuan, dampaknya Mata Uang Garuda diterpa aksi ambil untung (profit taking) yang membuat nilainya melemah meski tipis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana