
Bakal Dapat Insentif, BUMI Semangat Garap Proyek Gasifikasi
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
29 January 2020 15:03

Jakarta, CNBC Indonesia- Pengusaha tambang batu bara menyambut positif rencana pemerintah Indonesia untuk membebaskan pembayaran royalti demi menggenjot hilirisasi. Aturan pembebasan royalti tersebut masuk dalam omnibus law Cipta Lapangan Kerja (Cilaka).
Meski demikian, pengusaha tambang batu bara menantikan aturan tersebut segera terbit guna meningkatkan kapasitas perusahaan dalam hilirisasi.
"Kami menunggu aturan final oleh otoritas tentang kemungkinan insentif untuk proyek gasifikasi," ujar Dileep Srivastava, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kepada CNBC Indonesia, Rabu (29/1/2020).
BUMI merupakan perusahaan batubara dengan produksi terbesar di Indonesia. Selain itu, BUMI merupakan perusahaan batubara yang memberikan sumbangsih royalty terbesar di Indonesia dalam bidang tambang dan mineral
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam omnibus law disiapkan sejumlah insentif bagi penambang batu bara guna kemudahan pemenuhan domestic market obligation (DMO) dan hilirisasi, seperti gasifikasi (dimethyl ether/DME) ataupun produk turunan lainnya.
Bahkan Airlangga mengatakan royalti akan ditiadakan demi mendorong industri. Saat ini royalti batu bara dikenakan sekitar 2%-7%, tergantung jenis tambang dan kalori batu bara.
"Jadi kalau orang punya tambang mau masuk hilirisasi ditambah DMO ditambah royalti maka pabriknya akan nggak bangun-bangun seperti saat ini. Ini kan yang harus di potong dengan omnibus law," terangnya kepada CNBC Indonesia.
BUMI merupakan salah satu dari sedikit tambang batu bara yang masuk ke industri hilir. BUMI berencana untuk membangun pabrik gasifikasi batu bara dengan investasi senilai sampai US$ 2 miliar. Perusahaan ini tengah membidik potensi gasifikasi batu bara sekaligus untuk mengurangi ketergantungan impor energi.
Dileep mengatakan saat ini BUMI tengah melakukan studi kelayakan untuk membangun gasifikasi batu bara ini. Studi kelayakan ini diharapkan bisa selesai tahun ini dan menjadi pertimbangan pemegang saham dan pemberi pinjaman.
"Kami sebenarnya sangat serius dan aktif terlibat," kata Dileep.
Investasi untuk pabrik gasifikasi nantinya bergantung pada kapasitas pabrik, dia memperkirakan investasi yang dibutuhkan berkisar US$ 1-2 miliar. Tahun lalu perusahaan memproduksi sekitar 87 juta ton batubara, dan akan memasok batubara dari unit-unitnya seperti Kaltim Prima Coal untuk pembangkit potensial sebagai stok pasokan dan untuk memberi daya pada fasilitas.
(dob/dob) Next Article Penjualan Batu Bara BUMI Capai 78,7 Juta Ton di 2023
Meski demikian, pengusaha tambang batu bara menantikan aturan tersebut segera terbit guna meningkatkan kapasitas perusahaan dalam hilirisasi.
"Kami menunggu aturan final oleh otoritas tentang kemungkinan insentif untuk proyek gasifikasi," ujar Dileep Srivastava, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kepada CNBC Indonesia, Rabu (29/1/2020).
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam omnibus law disiapkan sejumlah insentif bagi penambang batu bara guna kemudahan pemenuhan domestic market obligation (DMO) dan hilirisasi, seperti gasifikasi (dimethyl ether/DME) ataupun produk turunan lainnya.
Bahkan Airlangga mengatakan royalti akan ditiadakan demi mendorong industri. Saat ini royalti batu bara dikenakan sekitar 2%-7%, tergantung jenis tambang dan kalori batu bara.
"Jadi kalau orang punya tambang mau masuk hilirisasi ditambah DMO ditambah royalti maka pabriknya akan nggak bangun-bangun seperti saat ini. Ini kan yang harus di potong dengan omnibus law," terangnya kepada CNBC Indonesia.
BUMI merupakan salah satu dari sedikit tambang batu bara yang masuk ke industri hilir. BUMI berencana untuk membangun pabrik gasifikasi batu bara dengan investasi senilai sampai US$ 2 miliar. Perusahaan ini tengah membidik potensi gasifikasi batu bara sekaligus untuk mengurangi ketergantungan impor energi.
Dileep mengatakan saat ini BUMI tengah melakukan studi kelayakan untuk membangun gasifikasi batu bara ini. Studi kelayakan ini diharapkan bisa selesai tahun ini dan menjadi pertimbangan pemegang saham dan pemberi pinjaman.
"Kami sebenarnya sangat serius dan aktif terlibat," kata Dileep.
Investasi untuk pabrik gasifikasi nantinya bergantung pada kapasitas pabrik, dia memperkirakan investasi yang dibutuhkan berkisar US$ 1-2 miliar. Tahun lalu perusahaan memproduksi sekitar 87 juta ton batubara, dan akan memasok batubara dari unit-unitnya seperti Kaltim Prima Coal untuk pembangkit potensial sebagai stok pasokan dan untuk memberi daya pada fasilitas.
![]() |
(dob/dob) Next Article Penjualan Batu Bara BUMI Capai 78,7 Juta Ton di 2023
Most Popular