Tertolong Inflasi, Dolar Australia Lepas dari Tekanan Corona

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 January 2020 11:13
Negeri Kanguru ini terus mengalami tekanan sejak awal tahun melawan rupiah.
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Rabu (29/1/2020), meski masih belum jauh dari level terlemah sejak Agustus 2013.

Pada pukul 10:20 WIB, AU$ 1 setara dengan Rp 9.222,1, dolar Australia menguat 0,06% di pasar spot melansir data Refinitiv.

Data inflasi yang menunjukkan pertumbuhan di kuartal IV-2019 membantu dolar Australia bangkit pada hari ini. Mata uang Negeri Kanguru ini terus mengalami tekanan sejak awal tahun melawan rupiah. Total sejak awal tahun hingga Selasa kemarin, dolar Australia sudah melemah 5,55%.



Biro Statistik Australia pagi ini melaporkan inflasi di kuartal IV-2019 lalu tumbuh 0,7%, dari kuartal sebelumnya, lebih tinggi dari sebelumnya 0,5% dan dari prediksi Reuters sebesar 0,6%. Sementara pada periode yang sama inflasi inti tumbuh 0,4% sama dengan kuartal III-2019 dan prediksi Reuters 0,4%.



Data inflasi tersebut untuk sementara menurunkan probabiltas pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) pada pekan depan. Berdasarkan data dari Nasdaq.com, probabilitas pemangkasan suku bunga RBA pada pekan depan kini turun menjadi 8%, jauh menurun dibandingkan beberapa pekan lalu yang lebih dari 50%.

Pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 84% suku bunga akan dipangkas pada bulan Mei.


Sebelumnya sejak awal tahun dolar Australia terus tertekan akibat perkasanya rupiah, kemudian diperburuk dengan penyebaran virus corona.
Mengutip CNBC International, jumlah korban meninggal akibat virus corona hingga pagi ini bertambah menjadi 132 orang, dan telah menjangkiti 5.974 orang. Selain itu sebanyak 103 orang dilaporkan sudah sembuh.

Virus corona pertama kali muncul di kota Wuhan China, dan kini telah menyebar setidaknya ke 16 negara, termasuk Australia. Kota Wuhan dengan jumlah penduduk mencapai 11 juta jiwa sudah diisolasi oleh pemerintah China.

Hasil riset S&P menunjukkan virus corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sebesar 1,2%. Ketika ekonomi China melambat, ekonomi Australia juga akan terpukul mengingat kedua negara memiliki hubungan dagang yang erat.

Hal itulah yang membuat dolar Australia terus tertekan hingga sejak pekan lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular