Virus Corona Tebar Teror, Rupiah Jadi Tekor

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 January 2020 08:08
Virus Corona Tebar Teror, Rupiah Jadi Tekor
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Kekhawatiran terhadap penyebaran virus Corona semakin berdampak ke pasar keuangan global.

Pada Selasa (28/1/2020), US$ 1 dihargai Rp 13.610 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.


Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,28% di hadapan dolar AS. Ini memutus rantai penguatan rupiah yang sebelumnya terjadi selama tiga hari beruntun.

Meski bergerak melemah sejak kemarin, tetapi performa rupiah tetap luar biasa. Secara year-to-date, rupiah masih menguat 2,02% sementara dalam setahun terakhir penguatannya mencapai 3,31%.

 

Oleh karena itu, langkah rupiah akan selalu dibayangi oleh koreksi teknikal. Keuntungan yang didapat dari rupiah sudah lumayan besar, sehingga tentu menggoda investor untuk mencairkannya.




Kebetulan sejak pekan lalu ada sentimen yang membuat pasar bersikap risk-off (menghindari risiko). Penyebaran virus Corona yang semakin luas membuat pelaku pasar khawatir terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dunia.

Sudah lebih dari 2.000 kasus virus Corona terjadi di China dengan korban jiwa mencapai 82 orang. Tidak hanya di China, virus ini juga sudah menyebar ke berbagai negara di Asia, Amerika, sampai Eropa.


Presiden AS Donald Trump pun angkat suara. Sang presiden ke-45 Negeri Adidaya mengatakan dirinya terus berkomunikasi dengan Presiden China Xi Jinping dan siap menawarkan bantuan.

"Kami terus berkomunikasi dengan China mengenai virus ini. Hanya sedikit kasus yang dilaporkan terjadi di AS, tetapi kami memantau dengan ketat. Kami sudah menawarkan bantuan kepada China dan Presiden Xi Jinping jika diperlukan. Ahli-ahli kami sangat luar biasa," cuit Trump melalui Twitter.


Pemerintah AS juga telah memberi peringatan kepada warganya yang akan bepergian ke China. Hal serupa ditempuh oleh pemerintah Kanada.

Virus Corona berawal dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei, China. Perayaan libur Tahun Baru Imlek membuat virus ini menyebar luas dan cepat, karena tingginya mobilitas masyarakat.

Zhou Xianwang, Wali Kota Wuhan, mengakui bahwa upaya pengendalian virus di kota yang dipimpinnya kurang baik. Bahkan dia siap mundur jika memang harus demikian.

"Kami menutup kota untuk menghentikan penyebaran virus, tetapi sepertinya kami sudah menorehkan nama buruk di buku sejarah. Kalau memang dibutuhkan, saya siap mundur sebagai bentuk permintaan maaf. Ketua Partai (Komunis) Wuhan Ma Guoqiang dan saya akan bertanggung jawab," kata Zhou dalam wawancara dengan CCTV, seperti dikutip dari Reuters.

Gara-gara virus Corona, perayaan Imlek di China menjadi gloomy. Bahkan Wuhan seolah menjadi kota mati, tidak ada aktivitas berarti saat semestinya warga bersuka cita menyambut tahun baru.



Imlek yang biasanya menjadi puncak konsumsi rumah tangga di Negeri Tirai Bambu berubah 180 derajat. Sepertinya dalam waktu dekat konsumsi rumah tangga masih belum bisa diandalkan sebagai mesin pendorong pertumbuhan ekonomi.

Selain konsumsi, aktivitas dunia usaha juga tentu terganggu. Jadi investasi dan ekspor juga kemungkinan besar bakal melambat. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi China akan susah keluar dari jalur pelambatan.

Padahal China adalah pendorong pertumbuhan ekonomi Asia, bahkan dunia. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi China tumbuh 6% pada 2020. Namun seiring kelesuan konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor akibat penyebaran virus Corona, maka angka tersebut jadi penuh tanda tanya.




"China adalah pendorong utama pertumbuhan ekonomi dunia. Jadi sepertinya kita tidak akan mendapatkan awal yang lebih buruk dari ini," kata Alec Young, Direktur Pelaksana FTSE Russell, seperti diberitakan Reuters.

Dengan perkembangan ini, sangat wajar investor enggan bermain di aset-aset berisiko. Lebih baik mengamankan diri dengan memburu aset aman (safe haven) seperti emas atau yen Jepang. Rupiah yang kekurangan peminat tidak punya pilihan selain melemah.



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular