Bank of America: Rupiah Kini jadi "Kesayangan" Pelaku Pasar

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 January 2020 12:49
Bank of America: Rupiah Kini jadi
Foto: detik.com
Jakarta, CNBC Indonesia Nilai tukar rupiah melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (22/1/2020).

Rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 13.660/US$, setelahnya pelemahan semakin besar hingga 0,26% di Rp 13.685/US$. Level tersebut menjadi yang terlemah pada hari ini, setelahnya rupiah mampu menipiskan pelemahan dan kembali ke level Rp 13.660/US$ pada pukul 12:00 WIB.

Rupiah memang melemah tipis pada hari ini, begitu juga dengan perdagangan Selasa kemarin. Namun, jika dilihat sejak pembukaan perdagangan 2020 hingga penutupan kemarin, rupiah sudah menguat 1,66%. Tidak hanya itu, rupiah juga membukukan penguatan tujuh pekan beruntun melawan dolar AS.

Berkat performa tersebut rupiah dikatakan menjadi "kesayangan" alias mata uang yang paling diincar oleh para pelaku pasar oleh Bank of America Merril Lynch (BAML). Rohit Garg, Analis BAML mengatakan rupiah menjadi mata uang yang paling diuntungkan dari pemulihan ekomoni global serta kenaikan harga komoditas.



"Salah satu mata uang yang saya sukai adalah rupiah, yang pastinya menjadi 'kesayangan' pasar, dan ada banyak alasan untuk itu" kata Garg, dalam sebuah wawancara dengan CNBC International Selasa (21/1/2020) kemarin.

Gard juga mengatakan selain karena pemulihan ekonomi global, Bank Indonesia (BI) yang bisa menerima penguatan rupiah juga menjadi salah satu alasan rupiah menjadi "kesayangan" pelaku pasar, dan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia sepanjang tahun 2020.


Bank of Amerika: Rupiah Kini Jadi Foto: Refinitiv


Sebelum BAML, bank investasi Goldman Sachs juga memprediksi rupiah akan menjadi mata uang terbaik di tahun ini.

"Jika investor berinvestasi, anda tahu aset di Indonesia memiliki yield cukup tinggi, dengan kondisi makroekonomi dan pertumbuhan global yang relatif stabil, kami pikir ini [aset di Indonesia] cukup menarik untuk dimainkan" kata Zach Pandl, co-head mata uang global, suku bunga, dan strategi negara berkembang di Goldman Sachs, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (11/12/2019).

Selain karena yield tinggi yang diberikan, Pandl mengatakan rupiah juga layak menjadi salah satu target investasi melihat peluang dinaikkannya peringkat utang Indonesia.

"Itu [kenaikan peringkat utang] belum kami perhitungkan dan kami tetap berpikir untuk mengambil posisi beli (long) terhadap rupiah Indonesia, didanai dengan aset ber-yield rendah seperti dolar Taiwan atau euro, berinvestasi di rupiah bisa memberikan peluang return 10% atau sedikit lebih tinggi pada tahun 2020" kata Pandl sebagaimana dilansir CNBC International.


Secara teknikal tanda-tanda penguatan tajam rupiah di awal 2020 sudah terlihat di penghujung tahun lalu, ketika beberapa kali menguji batas bawah pola descending triangle. Momentum penguatan rupiah kemudian semakin menguat setelah membentuk pola Black Marubozu pada Selasa (7/1/2020). 
Saat itu rupiah membuka perdagangan di level Rp 13.930/US$, dan mengakhiri perdagangan di Rp 13.870/US$, atau menguat 0,47%.

Level pembukaan rupiah itu sekaligus menjadi titik terlemahnya, sementara level penutupan menjadi titik terkuat rupiah pada hari Selasa. Dengan demikian, secara teknikal rupiah membentuk pola Black Marubozu.

Bank of Amerika: Rupiah Kini Jadi Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Sumber: Refinitiv


Munculnya Black Marubozu kerap dijadikan sinyal kuat jika harga suatu instrumen akan mengalami penurunan lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah. Dengan kata lain, rupiah berpotensi melanjutkan penguatan.

Dominannya para investor menjual dolar AS dan atau membeli rupiah akhirnya terlihat lagi sejak Kamis (9/1/2020) setelah menahan diri akibat risiko perang antara AS dan Iran sehari sebelumnya. Akibat penguatan tajam sejak awal 2020, indikator Stochastic berada di wilayah jenuh jual (oversold) cukup lama, sehingga pelemahan rupiah dalam beberapa hari ke depan bisa dikatakan sebagai koreksi yang sehat. 

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah jenuh jual, maka suatu harga suatu instrumen berpeluang menguat. Dalam hal ini, dolar AS yang berpeluang bangkit mengingat simbol perdagangan jika melawan rupiah adalah USD/IDR. 

Bank of Amerika: Rupiah Kini Jadi Foto: Refinitiv


Pada grafik 1 jam, indikator Stochastic bergerak turun dan berada di wilayah jenuh beli (overbought), sehingga risiko pelemahan rupiah masih terbatas. 
Resisten terdekat berada di level US$ 13.675/US$, selama tertahan di bawah resisten, rupiah berpeluang menipiskan pelemahan bahkan menguat ke support terdekat Rp 13.640/US$ pada hari ini. 

Ke depannya jika mampu menembus konsisten ke bawah support selanjutnya Rp 13.615/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 13.590 sampai Rp 13.560/US$. 

Sementara jika kembali menembus ke atas resisten Rp 13.675/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 13.700/US$. 


TIM RISET CNBC INDONESIA 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular