Jangan Resah Jangan Gelisah! Rupiah Masih No 1 di Dunia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 January 2020 10:21
Jangan Resah Jangan Gelisah! Rupiah Masih No 1 di Dunia
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga merah di perdagangan pasat spot.

Pada Rabu (22/1/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.678. Rupiah melemah 0,15% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sementara di pasar spot, rupiah juga masih menapaki jalur merah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.655 di mana rupiah melemah 0,04%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,18% di hadapan dolar AS. Hari ini, sepertinya nasib apes rupiah belum pergi.


Rupiah memang jadi sasaran empuk aksi jual. Mata uang Tanah Air memang bergerak melemah dalam dua hari perdagangan terakhir, tetapi sebenarnya masih dalam tren menguat.

Secara year-to-date, rupiah masih menguat 1,8% terhadap dolar AS. Rupiah belum tergoyahkan dari singgasana mata uang terbaik Asia, bahkan dunia.

Refinitiv


Cuan yang didapat investor jika menjual rupiah tentu menggiurkan. Dalam situasi penuh ketidakpastian, saat ini dipicu oleh wabah virus Corona, menjual rupiah dan mengambil keuntungan adalah langkah yang sangat masuk akal.


Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat'menyentil' soal penguatan rupiah. Jokowi berpesan bahwa ada pihak yang mungkin bakal dirugikan jika rupiah menguat terlalu cepat yaitu eksportir. Ketika rupiah menguat, produk made in Indonesia menjadi lebih mahal di pasar global sehingga kurang berdaya saing.

Namun, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan komentar Jokowi bukan bersifat arahan. Walau Jokowi mengatakan eksportir bisa kurang diuntungkan dengan penguatan rupiah, bukan berarti Kepala Negara ingin rupiah melemah.

"Penguatan rupiah masih sejalan dengan fundamental. Inflasi rendah, pertumbuhan (ekonomi) meningkat, NPI (Neraca Pembayaran Indonesia) surplus, dan inflow masuk makanya rupiah menguat. Ini sejalan dengan mekanisme pasar," tegas Perry.


Selain itu, Perry menilai apresiasi rupiah juga justru positif bagi eksportir. Sebab saat rupiah menguat, impor bahan baku/penolong dan barang modal akan lebih murah sehingga akan meningkatkan produktivitas manufaktur. Diharapkan ekspor manufaktur akan meningkat.

"Ekspor komoditas senangnya (rupiah) melemah, tetapi ekspor komoditas tidak terlalu sensitif dengan pelemahan rupiah. Lebih ke permintaan dan harga komoditas," kata Perry.



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular