
Analisis
Situasi Tak Kondusif, Rupiah Terlalu Bandel Jika Menguat Lagi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 January 2020 13:04

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang patut diperhatikan dalam pergerakan rupiah. Seperti disebutkan dalam analisis teknikal sebelumnya, tanda-tanda penguatan rupiah sudah muncul sejak Selasa (7/1/2020). Saat itu rupiah membuka perdagangan di level Rp 13.930/US$, dan mengakhiri perdagangan di Rp 13.870/US$, atau menguat 0,47%.
Level pembukaan rupiah itu sekaligus menjadi titik terlemahnya, sementara level penutupan menjadi titik terkuat rupiah pada hari Selasa. Dengan demikian, secara teknikal rupiah membentuk pola Black Marubozu.
Munculnya Black Marubozu kerap dijadikan sinyal kuat jika harga suatu instrumen akan mengalami penurunan lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah. Dengan kata lain, rupiah berpotensi melanjutkan penguatan.
Dominannya para investor menjual dolar AS dan atau membeli rupiah akhirnya terlihat lagi sejak Kamis (9/1/2020) setelah menahan diri akibat risiko perang antara AS dan Iran sehari sebelumnya. Akibat penguatan tajam sejak awal 2020, indikator Stochastic berada di wilayah jenuh jual (oversold) cukup lama, sehingga wajar jika dolar AS bangkit hari ini.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah jenuh jual, maka suatu harga suatu instrumen berpeluang menguat. Dalam hal ini, dolar AS yang berpeluang bangkit mengingat simbol perdagangan jika melawan rupiah adalah USD/IDR.
Pada grafik 1 jam, indikator Stochastic bergerak naik dan memasuki wilayah jenuh beli (overbought), sehingga risiko pelemahan rupiah masih terbatas hingga resisten terdekat di Rp 13.675/US$.
Selama tertahan di bawah resisten, rupiah berpeluang menipiskan pelemahan ke support terdekat Rp 13.640/US$. Jika mampu menembus dan bergerak konsisten di bawah level tersebut, rupiah berpeluang memangkas pelemahan bahkan menguat menuju Rp 13.615/US$.
Ke depannya jika mampu menembus konsisten ke bawah level tersebut, rupiah berpeluang menguat ke Rp 13.590 sampai Rp 13.560/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Level pembukaan rupiah itu sekaligus menjadi titik terlemahnya, sementara level penutupan menjadi titik terkuat rupiah pada hari Selasa. Dengan demikian, secara teknikal rupiah membentuk pola Black Marubozu.
![]() Foto: Refinitiv |
Dominannya para investor menjual dolar AS dan atau membeli rupiah akhirnya terlihat lagi sejak Kamis (9/1/2020) setelah menahan diri akibat risiko perang antara AS dan Iran sehari sebelumnya. Akibat penguatan tajam sejak awal 2020, indikator Stochastic berada di wilayah jenuh jual (oversold) cukup lama, sehingga wajar jika dolar AS bangkit hari ini.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah jenuh jual, maka suatu harga suatu instrumen berpeluang menguat. Dalam hal ini, dolar AS yang berpeluang bangkit mengingat simbol perdagangan jika melawan rupiah adalah USD/IDR.
![]() Foto: Refinitiv |
Pada grafik 1 jam, indikator Stochastic bergerak naik dan memasuki wilayah jenuh beli (overbought), sehingga risiko pelemahan rupiah masih terbatas hingga resisten terdekat di Rp 13.675/US$.
Selama tertahan di bawah resisten, rupiah berpeluang menipiskan pelemahan ke support terdekat Rp 13.640/US$. Jika mampu menembus dan bergerak konsisten di bawah level tersebut, rupiah berpeluang memangkas pelemahan bahkan menguat menuju Rp 13.615/US$.
Ke depannya jika mampu menembus konsisten ke bawah level tersebut, rupiah berpeluang menguat ke Rp 13.590 sampai Rp 13.560/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular