Wall Street Cetak Rekor, Bursa Saham Asia Kompak Menghijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 January 2020 08:56
Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak mengawali perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (17/1/2020), di zona hijau.
Foto: Ilustrasi Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Jakarta, CNBC Indonesia - Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak mengawali perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (17/1/2020), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Nikkei terapresiasi 0,71%, indeks Shanghai menguat 0,24%, indeks Hang Seng naik 0,36%, indeks Straits Times terkerek 0,14%, dan indeks Kospi bertambah 0,6%.

Bursa saham Asia berhasil mengekor bursa saham AS alias Wall Street yang mencetak rekor pada perdagangan kemarin, Kamis (16/1/2020). Pada penutupan perdagangan kemarin, indeks Dow Jones naik 0,92%, indeks S&P 500 menguat 0,84%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 1,06%. Ketiga indeks saham acuan di AS tersebut ditutup di level tertinggi sepanjang masa.

Formalisasi kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China masih menjadi sentimen positif yang memantik aksi beli di bursa saham AS. Pada hari Rabu waktu setempat (15/1/2020), AS dan China menandatangani kesepakatan dagang tahap satu di Gedung Putih, AS.

Dari pihak AS, penandatanganan dilakukan langsung oleh Presiden Donald Trump, sementara pihak China mengirim Wakil Perdana Menteri Liu He.

Sesuati dengan yang diumumkan oleh Trump pada bulan Desember, melalui kesepakatan dagang tahap satu AS akan memangkas bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar menjadi setengahnya atau 7,5%.

Sebelumnya, AS telah membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Lebih lanjut, kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China memasukkan komitmen dari China untuk membeli produk asal AS senilai US$ 200 miliar dalam kurun waktu dua tahun.

Kemudian, kesepakatan dagang tahap satu AS-China juga akan membereskan komplain dari AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam.

Pada perdagangan hari ini, pelaku pasar akan mencermati rilis data pertumbuhan ekonomi China periode kuartal IV-2019. Data ini dijadwalkan dirilis pada pukul 09:00 WIB.

Sejauh ini, China masih merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia. Jika perekonomian China tumbuh relatif tinggi, tentu pertumbuhan perekonomian dunia juga akan berada di level yang relatif tinggi. Sebaliknya, jika perekonomian China berada dalam tekanan, maka perekonomian dunia juga akan berada dalam tekanan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Wall Street Cerah, Bursa Asia Dibuka Bergairah!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular