Cerita Salim Kehilangan Bank, Sekarang Punya Lagi

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
15 January 2020 11:36
Di era kejayaannya Grup Salim memiliki usaha di semua industri, mulai dari bisnis di sektor perbankan, industri makanan, bahan bangunan, ritel, hingga otomotif.
Foto: CNN Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Grup Salim, konglomerasi usaha yang dibangun Sudono Salim atau Liem Sioe Liong, pernah tercatat sebagai pemilik PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang saat ini menjadi bank swasta terbesar di Indonesia. Sejak krisis 1998, Grup Salim harus rela melepas kepemilikan BCA yang kemudian dibeli oleh Grup Djarum.

Di era kejayaannya Grup Salim hampir memiliki usaha di semua sektor industri, mulai dari bisnis di sektor perbankan, industri makanan, bahan bangunan, ritel, hingga otomotif.

Sekarang Grup Grup salim masih merupakan kerajaan bisnis besar yang menjadi pemilik Bogasari, Indomobil, Super Indo, Sari Roti hingga Indomaret yang kini sudah banyak tersebar di seluruh penjuru Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara.


Di industri perbankan, jejak salim sudah terekam sejak era Orde Lama. Pada 1954 Sudono Salim mendirikan Bank Windu Kencana, tapi tidak sukses. Kemudian pada Oktober 1956, Salim kembali mendirikan bank dengan nama NV Bank Asia.

Tak lama berselang pada 1957 Liem Sioe Liong kembali mendirikan sebuah bank yang belakangan menjadi Bank Central Asia (BCA). Bank-bank yang didirikan Grup Salim tersebut tidak langsung besar pada era Orde Lama.

Pada era Orda Baru, BCA kemudian bertumbuh menjadi bank besar. Namun kemudian pada 1997-1998, krisis ekonomi melanda Indonesia.

Grup Salim merupakan salah satu kelompok usaha yang terkena dampaknya. Sejumlah aset milik Grup Salim harus dilego termasuk BCA, karena menerima Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).


Ada 48 bank komersil bermasalah akibat krisis pada saat itu, di antaranya BCA milik Grup Salim. Total dana talangan BLBI yang dikeluarkan sebesar Rp144,5 triliun. Namun 95% dana tersebut ternyata diselewengkan, berdasarkan temuan Badan Pemeriksa Keuangan, dan dinilai sebagai korupsi paling besar sepanjang sejarah Indonesia.

Pada 1998 BCA menjadi Bank Take Over (BTO) dan disertakan dalam program rekapitalisasi dan restrukturisasi yang dilaksanakan Badan Penyehaan Perbankan Nasional (BPPN).

Lalu pada 1999 proses rekapitalisasi BCA selesai, di mana Pemerintah Indonesia melalui BPPN menguasai 92,8% saham BCA sebagai hasil pertukaran dengan BLBI. Dalam proses rekapitalisasi tersebut, kredit pihak terkait dipertukarkan dengan Obligasi Pemerintah.

Sejak saat itu, Grup Salim tak lagi menjadi pemegang pengendali saham BCA. Dan sepak terjang Grup Salim di industri perbankan juga mulai tak tampak.

BCA sebenarnya bisa saja membeli kembali BCA setelah keluar Surat Kesepakatan Bersama (SKB) yang dibuat oleh BI dan pemerintah yang memperbolehkan eks pemegang saham pengendali membeli sebagian atau seluruh sahamnya kembali dari BPPN setelah memenuhi Perjanjian Kewajiban Pemegang Saham (PKPS).

Dalam SKB bernomor 117/KMK.017/1999 tersebut, disebutkan bahwa BPPN dapat menjual sebagian atau seluruh saham bank BTO kepada eks pemegang saham pengendali setelah memenuhi PKPS.

[Gambas:Video CNBC]



Sampai akhirnya pada Januari 2017, Grup Salim mewujudkan niatnya membeli bank dengan membeli saham Bank Ina Perdana. Grup Salim membeli 29,02% saham Bank Ina lewat NS Financials Fund sebesar 10,58% saham dan melalui NS Asean Financial Fund sebesar 18,44%.

Dalam keterbukaan informasi Bank Ina Perdana yang dipublikasikan pada 10 Januari 2020 yang disampaikan Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu dan Direktur Kepatuhan Bank Ina Wardoyo, menyebutkan Grup salim resmi menjadi ultimate shareholder atau pemegang saham pengendali terakhir (PSPT) PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) bersama pemilik Bali United, Pieter Tanuri.

Hal itu terungkap dalam keterbukaan informasi Bank Ina Perdana yang dipublikasikan pada 10 Januari 2020 yang disampaikan Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu dan Direktur Kepatuhan Bank Ina Wardoyo.

Informasi fakta material yang disampaikan yakni terjadi perubahan struktur kepemilikan saham Bank Ina di mana perusahaan Grup Salim, PT Indolife Pensiontama menjadi pemegang saham pengendali, dari sebelumnya hanya dipegang oleh PT Philadel Terra Lestari milik Pieter.
(hps/tas) Next Article Resmi Dicaplok Grup Salim, Begini Rencana Bisnis Bank Ina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular