
Jelang Deal Dagang dengan AS, Bursa China Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 January 2020 08:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham China mengawali perdagangan ketiga di pekan ini, Rabu (15/1/2020), di zona merah.
Pada pembukaan perdagangan, indeks Shanghai terkoreksi 0,12% ke level 3.103,17, sementara indeks Hang Seng naik 0,02% ke level 3.103,17.
Pelaku pasar saham China kini menantikan formalisasi kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China. Melansir CNBC International, AS dan China dijadwalkan untuk menandatangani kesepakatan dagang tahap satu pada hari Rabu (15/1/2020) di AS.
Melansir Reuters, sebanyak lebih dari 200 undangan telah disebar untuk seremoni penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu. Seremoni penandatanganan kesepakatan dagang akan digelar di Washington, tepatnya di Gedung Putih.
Menurut Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, komitmen China terkait kesepakatan dagang tahap satu tidaklah berubah dalam proses penerjemahan teks kesepakatan dagang yang panjang.
"Itu (komitmen dari China) tidaklah berubah dalam proses penerjemahan," kata Mnuchin dalam acara "Sunday Morning Futures with Maria Bartiromo", seperti dilansir dari Reuters.
"Kami telah melalui proses penerjemahan yang saya rasa kita sebut sebagai permasalahan teknis."
Menurut Mnuchin, teks kesepakatan dagang kedua negara akan dirilis pada pekan ini, tepatnya pada hari penandatanganan.
"Dan orang-orang dapat melihatnya. Ini adalah kesepakatan yang sangat menyeluruh," sebut Mnuchin.
Sebelumnya pada pekan lalu, China mengumumkan bahwa Wakil Perdana Menteri Liu He akan berkunjung ke Washington pada pekan ini untuk meneken kesepakatan dagang tahap satu.
"Karena undangan dari AS, Liu He akan memimpin delegasi ke Washington dari tanggal 13 hingga 15 Januari untuk menandatangani perjanjian fase I," kata Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng, seperti dikutip dari AFP.
Penantian atas formalisasi kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China membuat bursa saham China melemah kala ada rilis data ekonomi yang menggembirakan. Kemarin (14/1/2020), ekspor China periode Desember 2019 (denominasi dolar AS) diumumkan tumbuh hingga 7,6% secara tahunan, jauh di atas konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 3,2% saja, seperti dilansir dari Trading Economics.
Sementara itu, impor untuk periode yang sama diumumkan melejit hingga 16,3%, juga jauh di atas konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 9,6% saja, seperti dilansir dari Trading Economics.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Optimisme Damai Dagang Angkat Bursa China ke Zona Hijau
Pada pembukaan perdagangan, indeks Shanghai terkoreksi 0,12% ke level 3.103,17, sementara indeks Hang Seng naik 0,02% ke level 3.103,17.
Pelaku pasar saham China kini menantikan formalisasi kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China. Melansir CNBC International, AS dan China dijadwalkan untuk menandatangani kesepakatan dagang tahap satu pada hari Rabu (15/1/2020) di AS.
Menurut Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, komitmen China terkait kesepakatan dagang tahap satu tidaklah berubah dalam proses penerjemahan teks kesepakatan dagang yang panjang.
"Itu (komitmen dari China) tidaklah berubah dalam proses penerjemahan," kata Mnuchin dalam acara "Sunday Morning Futures with Maria Bartiromo", seperti dilansir dari Reuters.
"Kami telah melalui proses penerjemahan yang saya rasa kita sebut sebagai permasalahan teknis."
Menurut Mnuchin, teks kesepakatan dagang kedua negara akan dirilis pada pekan ini, tepatnya pada hari penandatanganan.
"Dan orang-orang dapat melihatnya. Ini adalah kesepakatan yang sangat menyeluruh," sebut Mnuchin.
Sebelumnya pada pekan lalu, China mengumumkan bahwa Wakil Perdana Menteri Liu He akan berkunjung ke Washington pada pekan ini untuk meneken kesepakatan dagang tahap satu.
"Karena undangan dari AS, Liu He akan memimpin delegasi ke Washington dari tanggal 13 hingga 15 Januari untuk menandatangani perjanjian fase I," kata Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng, seperti dikutip dari AFP.
Penantian atas formalisasi kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China membuat bursa saham China melemah kala ada rilis data ekonomi yang menggembirakan. Kemarin (14/1/2020), ekspor China periode Desember 2019 (denominasi dolar AS) diumumkan tumbuh hingga 7,6% secara tahunan, jauh di atas konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 3,2% saja, seperti dilansir dari Trading Economics.
Sementara itu, impor untuk periode yang sama diumumkan melejit hingga 16,3%, juga jauh di atas konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 9,6% saja, seperti dilansir dari Trading Economics.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Optimisme Damai Dagang Angkat Bursa China ke Zona Hijau
Most Popular