Rupiah Belum Kendor, 3 Dolar Terus Dibuat Ambrol

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 January 2020 11:17
Kemarin rupiah berhasil mencatat penguatan 0,65%, sebelum itu bahkan sudah menguat enam pekan beruntun.
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (14/1/2020). Tidak hanya itu, dolar Singapura dan dolar Australia juga dibuat ambrol.

Pada pukul 10:15 WIB, rupiah menguat 0,15% melawan dolar AS ke level Rp 13.645/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terkuat bagi rupiah sejak Februari 2018. Kemarin rupiah berhasil mencatat penguatan 0,65%, sebelum itu bahkan sudah menguat enam pekan beruntun.





Sepanjang periode tersebut, hingga hari ini, rupiah total menguat 3,23%.

Sementara itu melawan dolar Singapura, rupiah pada hari ini menguat 0,12% ke level Rp 10.132,93/SG$ setelah Senin kemarin membukukan penguatan 0,51%. Mata Uang Negeri Merlion ini mencapai level penutupan perdagangan terlemah sejak Januari 2018. Dalam empat hari terakhir, termasuk hari ini dolar Singapura sudah dibuat melemah 1,38%.



Dolar Australia lebih merana di hadapan Mata Uang Garuda, pagi ini sudah melemah 0,31% ke 9.404,13/AU$. Level tersebut merupakan yang terlemah bagi dolar Australia sejak Agustus 2013.

Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus-bagusnya terus memberikan tenaga bagi rupiah untuk menguat. Kesepakatan dagang AS dengan China yang akan ditandatangani Rabu (15/1/2020) besok di Washington menjadi faktor utama di balik penguatan rupiah.


Dalam kesepakatan dagang fase I, Presiden Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu.

Sementara dari pihak China, Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Ketika perang dagang AS-China tidak lagi tereskalasi, laju pertumbuhan ekonomi global diharapkan akan lebih terakselerasi. Dalam kondisi tersebut sentimen pelaku pasar akan membuncah, dan masuk ke aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi, rupiah akan mendapat banyak "rezeki".



Dari dalam negeri, data cadangan devisa yang dirilis Bank Indonesia (BI) pada pekan lalu juga memberikan dampak positif bagi rupiah.

BI merilis data cadangan devisa Indonesia bulan Desember 2019 yang naik menjadi US$ 129,18 miliar, dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat US$ 126,63 miliar. Cadangan devisa di bulan Desember tersebut sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Januari 2018.



"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," tulis BI dalam keterangannya, Rabu (8/1/2020)

Dengan cadangan devisa yang meningkat, BI akan lebih leluasa menstabilkan nilai tukar rupiah ketika mengalami gejolak, sehingga investor akan merasa nyaman menanamkan modalnya di Indonesia.

[Gambas:Video CNBC]




TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular