Markas Militer AS Kena Roket Lagi, Harga Emas kok Turun?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
13 January 2020 10:25
Harga emas turun dan kini digerakkan oleh dua sentimen utama : kesepakatan dagang fase I AS-China & ketegangan AS-Iran
Foto: Aktivis berkumpul di dekat Menara Trump Chicago untuk memprotes tindakan militer AS terhadap Irak (Abel Uribe/Chicago Tribune via AP)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas di pasar spot pagi ini melemah dibanding posisi penutupan perdagangan pekan lalu. Saat ini pasar diwarnai dengan dua sentimen utama yaitu kesepakatan dagang fase satu antara Amerika Serikat (AS) dan China serta ketegangan yang masih menyelimuti hubungan AS-Iran.

Mengawali perdagangan pekan ini, Senin (13/1/2020) harga emas di pasar spot menyentuh level US$ 1.556,79/troy ons melemah 0,34% dibanding posisi Jumat. Walau mengalami penurunan, logam mulia ini masih diperdagangkan di harga yang tinggi.

Harga emas terkoreksi pagi ini seiring dengan penandatanganan kesepakatan dagang fase satu AS-China yang dijadwalkan hari Rabu (15/1/2020). Selama proses translasi poin-poin kesepakatan menjadi dokumen tertulis sejak pertengahan Desember lalu, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menegaskan bahwa tak ada perubahan pada komitmen China.


Reuters melaporkan Mnuchin mengatakan pada Fox News bahwa China masih akan membeli produk pertanian Paman Sam senilai US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar secara tahunan dan produk AS lain senilai US$ 200 miliar dalam dua tahun.

Hal tersebut ditegaskan Mnuchin setelah beredar keraguan pada China soal poin kesepakatan pembelian produk pertanian dari AS setelah Beijing diketahui membeli kedelai dari Brazil.

"Itu (kesepakatan) masih tak berubah. Saya tidak mengetahui dari mana rumor itu beredar," kata Mnuchin dalam acara Sunday Morning Futures with Maria Batimoro Show.


"Kami telah melalui proses translasi yang kami pikir ini masalah teknis, dokumen akan diriis minggu ini. Saat hari penandatanganan dokumen berbahasa Inggris akan kami rilis" tambahnya.

Walau penandatanganan kesepakatan fase pertama sudah di depan mata dan tinggal menghitung hari, diskusi fase dua kemungkinan akan bergulir setelah pemilu AS November nanti.

Sentimen damai dagang ini membuat harga emas terkoreksi. Maklum, emas banyak dikoleksi kala kondisi ekonomi dan politik sedang tak kondusif. Kala kondisi global dilanda ketidakpastian, investor beralih ke emas untuk melindungi aset mereka, sehingga mengerek naik harga emas.

Walau terkoreksi harga emas tak jatuh dalam mengingat hubungan AS-Iran masih panas. Pernyataan Presiden AS Donald Trump tak akan membalas serangan Iran ternyata belum dapat meredakan ketegangan yang terjadi.


Pada Minggu (12/1/2020) sebuah roket diluncurkan ke area markas pasukan kolasi AS di Irak bagian utara. Roket Katyusha tersebut mendarat di pangkalan udara Al-Balad yang merupakan rumah bagi pesawat F-16.

Serangan roket tersebut jatuh di zona hijau alias zona internasional. Peristiwa itu melukai empat orang di antaranya dua perwira Irak dan dua penerbang. Akibat kejadian ini sejumlah tentara dan pekerja AS dievakuasi.

"Sekitar 90% penasihat AS dan karyawan Sallypot dan Lockheed Martin (kontraktor)...telah mengungsi ke Tajidan Erbil setelah ancaman ini" kata salah seorang sumber mengutip berita AFP.

Markas Militer AS Kena Roket Lagi, Harga Emas Kok Turun?Foto: Demo Mengecam Tindakan AS Terhadap Iran di India (AP Photo/Altaf Qadri)

Mengetahui adanya serangan tersebut, AS mengutarakan kemarahannya melalui Menteri Luar Negeri Mike Pompeo. "(AS) marah dengan laporan serangan roket lain di pangkalan udara di Irak" kata Mike melansir AFP.

"ini adalah pelanggaran terus menerus atas kedulatan Irak oleh kelompok-kelompok yang tidak loyal... harus berakhir" tambahnya.

Kejadian itu menyusul adanya pernyataan untuk de-eskalasi ketegangan oleh kedua pihak baik AS maupun Iran. Meski belum ada pengakuan resmi dari Iran, AS menuding serangan tersebut dilakukan oleh kelompok milisi yang didukung Iran di Irak. 


TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(twg/tas) Next Article Harga Emas Tertatih untuk Bangkit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular