Simak! Ini Ramalan Bank Dunia Soal Risiko Krisis Utang Global

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
10 January 2020 19:09
Demikian tertuang dalam laporan yang diterbitkan Bank Dunia pada Rabu (8/1/2020).
Foto: Reuters
New York, CNBC IndonesiaBank Dunia (World Bank/WB) memperingatkan pemerintah berbagai negara di dunia terhadap risiko krisis utang global.

Dalam laporan Prospek Ekonomi Global (GEP) dua tahunan yang diterbitkan Rabu (8/1/2020) malam, WB menyatakan ada empat gelombang akumulasi utang selama 50 tahun terakhir.

Gelombang saat ini, yang dimulai pada 2010, disebut telah mencatatkan peningkatan utang global terbesar, tercepat dan terluas sejak tahun 1970-an.

WB menyatakan, walaupun tingkat suku bunga rendah mengurangi beberapa risiko yang terkait dengan tingkat utang yang tinggi, namun tiga gelombang akumulasi utang berbasis luas sebelumnya, semuanya berakhir dengan krisis keuangan di banyak negara berkembang (developing and emerging economies).

"Dalam lingkungan global yang rapuh, revisi kebijakan sangat penting untuk meminimalkan risiko yang terkait dengan gelombang utang saat ini," ujar ekonom Bank Dunia Ayhan Kose seperti dilansir CNBC International, Jumat (10/1/2020).

WB mencatat pada 2018 utang global naik ke rekor tertinggi, yaitu sekitar 230% dari produk domestik bruto (PDB). Sementara total utang dari negara-negara berkembang mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, hampir 170% dari PDB. Itu menandai peningkatan 54 poin persentase dari PDB sejak 2010.

China menjadi yang paling banyak menyumbang persentase peningkatan utang itu. Namun begitu, WB menekankan akumulasi pinjaman telah meluas sejak 2010.



Bank Dunia menyebut, "gelombang keempat" utang global ini memiliki banyak kesamaan dengan tiga gelombang sebelumnya di antaranya adalah perubahan lanskap keuangan global dan peningkatan kerentanan dan kekhawatiran tentang penggunaan dana pinjaman yang tidak efisien. Tiga gelombang pertama akumulasi utang global diidentifikasi berjalan dari 1970-1989, 1990-2001 dan 2002-2009.

Bank Dunia menyebut ada empat opsi kebijakan yang bisa diterapkan untuk mengurangi kemungkinan gelombang utang global saat ini berakhir dengan krisis. Atau, untuk mengurangi dampak jika krisis terjadi.

"Pertama, manajemen utang yang baik dan transparansi utang harus membantu mengurangi biaya pinjaman dan mengandung risiko fiskal. Kedua, kerangka kerja moneter, nilai tukar dan kebijakan fiskal yang kuat dapat melindungi negara-negara berkembang di lingkungan ekonomi yang rapuh," tulis WB.

"Ketiga adalah menciptakan regulasi dan pengawasan sektor keuangan yang kuat untuk mengenali dan mengatasi risiko yang muncul. Dan keempat adalah membuat manajemen keuangan publik dan kebijakan yang mempromosikan tata kelola perusahaan yang baik, sehingga dapat membantu memastikan bahwa utang digunakan secara produktif."

(miq/miq) Next Article Virus Corona Makin Mengganas, Ini Peringatan Bank Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular