Rupiah 'Kesetanan', Mata Uang Asia dan Eropa Jadi 'Tumbal'

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 January 2020 15:16
Rupiah 'Kesetanan', Mata Uang Asia dan Eropa Jadi 'Tumbal'
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah benar-benar perkasa hari ini. Tidak hanya dolar Amerika Serikat (AS), seluruh mata uang utama Asia dan Eropa pun kesulitan meladeni keperkasaan rupiah.

Pada Jumat (10/1/2020) pukul 14:50 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.765. Rupiah menguat 0,58% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Di level Asia, memang tidak hanya rupiah yang menguat terhadap greenback. Namun apresiasi 0,58% sudah cukup untuk membawa rupiah sebagai mata uang terbaik di Benua Kuning.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 14:51 WIB:

 


Satu lawan satu di hadapan mata uang Asia, rupiah pun berjaya. Mulai yen Jepang sampai peso Filipina, tidak ada yang bisa menguat terhadap mata uang Tanah Air.

Berikut perkembangan kurs mata uang Asia terhadap rupiah pada pukul 14:53 WIB:

 

Tidak cukup di Asia, kegarangan rupiah pun sampai ke Eropa. Tiga mata uang utama Benua Biru seluruhnya melemah kala berhadapan dengan rupiah.

Berikut perkembangan kurs mata uang Eropa terhadap rupiah pada pukul 14:54 WIB:

 



Arus modal yang masuk ke pasar keuangan Indonesia menopang keperkasaan rupiah. Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 216,17 miliar pada pukul 14:55 WIB.

Sementara imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun pada pukul 14:56 WIB berada di 6,935%. Terendah sejak 30 April 2018. Penurunan yield mencerminkan harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan.




Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai ada tiga hal yang mendukung penguaran rupiah. Pertama adalah fundamental ekonomi Indonesia yang lebih baik.

Pada 2020, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi domestik berada di kisaran 5,1-5,5%. Lebih baik dibandingkan proyeksi 2019 yaitu sekitar 5,1%.

"Inflasi terjaga rendah, stabilitas eksternal juga terjaga. Defisit transaksi berjalan di 2,5-3% dari PDB (Produk Domestik Bruto), cadangan devisa juga tinggi. Penguatan rupiah konsisten dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang membaik," papar Perry kepada wartawan di kantor BI, hari ini.


Kedua, lanjut Perry, adalah pasokan valas lebih tinggi dari permintaan. Selain itu, seperti yang sudah disebutkan, aliran modal masuk dinilai lebih dari cukup.

"Ketiga, penguatan rupiah menunjukkan confidence (terhadap) kebijakan pemerintah dan BI dalam menjaga rupiah sesuai fundamental dan mekanisme pasar," tuturnya.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular