Tidak Cuma Trump, Ini yang Membuat Rupiah Perkasa Hari Ini

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 January 2020 17:34
Tidak Cuma Trump, Ini yang Membuat Rupiah Perkasa Hari Ini
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai Tukar Rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (9/1/2019), dan kokoh di level terkuat sejak Juni 2018.

Mata uang Garuda langsung menguat 0,25% melawan dolar AS ke level Rp 13.850/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah tidak sedikitpun mencicipi zona merah. Penguatan rupiah bahkan sempat menebal menjadi 0,4% ke level Rp 13.830/US$, sebelum mengakhiri perdagangan di level Rp 13.845/US$ menguat 0,29% di pasar spot, melansir data Refinitiv.



Mayoritas mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS, hingga pukul 16:00 WIB, ringgit Malaysia menjadi yang terbaik dengan menguat 0,32%. Posisi runner up ditempati dolar Taiwan yang menguat 0,3%. Rupiah melengkapi tiga besar mata uang terbaik Asia hari ini.


Sementara itu peso Filipina menjadi mata uang terburuk setelah melemah 0,22% disusul yen Jepang 0,2%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning.




[Gambas:Video CNBC]



Presiden AS, Donald Trump, yang berpidato pada Rabu malam terkait serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS, meredakan kecemasan pelaku pasar akan risiko terjadinya perang yang lebih besar. 

Presiden Trump berpidato dan mengatakan Iran "sepertinya mundur" setelah melakukan serangan tersebut. Ia juga menyatakan akan mengenakan sanksi ekonomi ke Teheran. Hal tersebut mengindikasikan Presiden AS ke-45 ini tidak akan menggunakan kekuatan militer, yang membuat sentimen pelaku pasar kembali membaik. 

Presiden AS ke-45 ini juga mengatakan membuka peluang bernegosiasi dengan Iran. "Kita semua harus bekerja sama untuk mencapai kesepakatan dengan Iran yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman dan damai" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.



Sikap Trump tersebut berbeda dengan sebelumnya yang mengancam akan menyerang Iran jika Pemerintah Teheran melakukan balas dendam atas tewasnya Jendral Qassim Soleimani lewat serangan pesawat tanpa awak di Bandara Baghdad. Jenderal Soleimani adalah sosok penting nomor dua di Iran dan dikenal sebagai tokoh revolusioner.

Melalui akun Twitternya pada Sabtu (4/1/2020) Trump memperingatkan Iran untuk tidak melakukan balasan atas tewasnya Jendral Soleimani. Jika peringatan tersebut tidak dihiraukan, Trump akan menyerang sebanyak 52 wilayah Iran sebagai balasan.

Tidak Cuma Trump, Ini yang Membuat Rupiah Perkasa Hari Ini Foto: Demo Mengecam Tindakan AS Terhadap Iran di India (AP Photo/Altaf Qadri)

Seperti diketahui pada Rabu pagi kemarin, Iran menyerang pangkalan militer AS di Irak dengan belasan rudal. Serangan tersebut terjadi kurang dari 24 jam setelah Iran mengancam akan melakukan balas dendam ke AS. 

Selasa lalu, Bloomberg yang mengutip Fars News Agency melaporkan Kepala Komite Pengamanan Nasional Iran Ali Shamkhani mengatakan Teheran sedang menyiapkan 13 skenario untuk membalas AS. Bahkan, ia mengatakan hal ini bisa menjadi "mimpi buruk bersejarah" bagi AS.

"Bahkan jika skenario terlemah kita disetujui, penerapannya bisa menjadi mimpi buruk bersejarah bagi Amerika," katanya. "Keseluruhan pasukan perlawanan akan membalas." 

Namun yang terbaru, Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mendinginkan suasana. Melalui akun Twitternya, ia mengatakan "Kami tidak ingin eskalasi atau perang, tapi kami akan membela diri terhadap agresi apapun".

Pidato Trump serta pernyataan Zarif mengindikasikan kedua negara tidak akan melakukan serangan militer lagi, dan membuat sentimen pelaku pasar kembali membaik dan masuk ke aset berisko serta berimbal hasil tinggi, rupiah pun kembali perkasa. 



Kabar bagus lainnya datang dari China, dimana Pemerintah Beijing memastikan akan menandatangani kesepakatan dagang fase I pada 15 Januari mendatang. 

"Karena undangan dari AS, Liu He akan memimpin delegasi ke Washington dari tanggal 13 hingga 15 Januari untuk menandatangani perjanjian fase I," kata Menteri Pertanian China Gao Feng, sebagaimana dikutip AFP.

"Kedua pihak kini tengah dalam pembicaraan intens tentang detail penandatanganan."

Kesepakatan dagang fase I bisa menjadi awal berakhirnya perang dagang antara AS dengan China yang sudah berlangsung sejak pertengahan 2018, dan membuat perekonomian global melambat. Ketika perang dagang resmi berakhir, laju pertumbuhan ekonomi global diharapkan akan lebih terakselerasi. 



Selain itu, rupiah sejak Rabu kemarin juga punya modal lain untuk menguat, yakni data cadangan devisa RI. 

Bank Indonesia (BI) merilis data cadangan devisa Indonesia bulan Desember 2019 yang naik menjadi US$ 129,18 miliar, dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat US$ 126,63 miliar. Cadangan devisa di bulan Desember tersebut sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Januari 2018.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," tulis BI dalam keterangannya, Rabu (8/1/2020).


TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular