
Apa Kabar Sugih Energy yang Karyawannya Tinggal 8 Orang?

Jakarta, CNBC Indonesia - Satu lagi emiten pertambangan minyak dan gas bumi (migas) yang dibekukan sementara transaksi perdagangan sahamnya (suspensi) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Emiten tersebut yakni PT Sugih Energy Tbk (SUGI).
Perdagangan saham perusahaan terkena suspensi sejak 11 Juli tahun lalu karena perseroan belum menyerahkan laporan keuangan tahunan 2018, sekaligus telat melakukan pembayaran denda. Sugih tergabung dengan 10 emiten lainnya yang juga disuspensi (enam emiten menjalankan perpanjangan suspensi).
Jika melihat laporan keuangan kuartal III-2018 dan hasil paparan publik pada 3 Januari silam, perusahaan memang sedang dirundung masalah menyangkut kelanjutan prospek eksplorasi dan produksi onshore di area kilang Selat Panjang, Riau.
Pada 30 Oktober 2019, saham SUGI masih disuspensi hingga perdagangan hari ini, Kamis (9/1/2020). Saham SUGI tertahan di level Rp 50 alias saham gocap.
BEI pun mengirimkan surat pertanyaan soal kelanjutan usaha perusahaan. Dalam surat jawaban manajemen SUGI kepada BEI pada Rabu 8 Januari kemarin, Direktur Sugih Energy Lawrence TP Siburian mengatakan perseroan tengah melakukan konsolidasi kegiatan eksplorasi dan atau produksi.
"Semua izin masih berjalan dengan baik, modal kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional yaitu sebesar Rp 43 miliar," katanya dalam keterbukaan informasi di BEI, dikutip Kamis (9/1/2020).
Lawrence juga menjelaskan kondisi perusahaan di mana saat ini karyawan perusahaan tinggal 8 orang. Sementara jumlah karyawan perusahaan awalnya mencapai 49 orang di akhir tahun 2017.
Adapun jajaran pengurus perusahaan yakni:
Komisaris
Presiden Komisaris/Independen: Fadel Muhammad
Komisaris Adrian Rusmana
Komisaris Independen: Sany Kharisman Wesekay
Direksi
Presiden Direktur: Walter Rudolf Kaminski
Direktur: David Kurniawan Wiranata
Direktur: Lawrence TP Siburian
"Untuk memperbaiki kondisi keuangan perseroan direksi masih menunggu audit investigasi selesai. Perseroan akan melakukan RUPS Tahunan 2019 setelah audit investigasi selesai. Dewan direksi yang baru juga sedang menyusun business plan dan proyeksi keuangan untuk 3 tahun ke depan," kata Lawrence menjawab kejelasan rencana bisnis.
Perusahaan memiliki beban keuangan berat yang menekan kinerja keuangan perusahaan, sehingga harus terpaksa merugi pada 9 bulan pertama tahun lalu.
Beban keuangan perusahaan tercatat sebesar US$ 6,62 juta dengan laba operasional senilai US$ 5,11 juta. Alhasil perusahaan harus tekor dengan menderita rugi mencapai US$ 1,37 juta.
Hingga September 2018, pemegang saham Sugih Energy yakni Goldenhill Energy Fund 12%, Dana Pensiun Pertamina 8%, Credit Suisse AG SC Trust 6%, Interventures Capital Pte Ltd 7%, dan publik 67%.
Mengacu laporan keuangan dan prospektus perusahaan, Sugih Energy didirikan pada 26 Maret 1990 dengan fokus bisnis saat ini meliputi pertambangan, jasa, dan perdagangan.
Perusahaan memulai usaha secara komersial pada 1993 dengan kantor pusat berada di Graha Ortus Lantai 8, Jalan KH Wahid Hasyim Nomor 4-4A Jakarta dan Gedung AD Premier Lantai 17 Jalan TB Simatupang Nomor 5 Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Awalnya, perusahaan didirikan dengan nama PT Saranatama Unimada Gunabina Internasional, kemudian berubah menjadi PT Sugi Samapersada pada 9 September 1996.
Perusahaan masuk BEI menjadi perusahaan publik pada 19 Juni 2002 dengan melepas sebanyak 100 juta saham dengan harga Rp 120/saham dan sekaligus menerbitkan waran sebagai 'pemanis' dengan harga eksekusi Rp 150/saham.
(tas/dob) Next Article Saham Disuspensi BEI, SUGI Hanya Miliki 8 Karyawan
