AS-Iran Tak Kunjung Dingin, IHSG Jatuh 0,86%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 January 2020 16:38
Damai Dagang & Rilis Cadangan Devisa Jadi Tak Terasa
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Di sisi lain, sejatinya ada sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning. Melansir Global Times, AS dan China kini berada di jalur yang tepat untuk meneken kesepakatan dagang tahap satu.

Menurut para sumber dan analis yang diwawancarai oleh Global Times, seremoni penandatanganan kesepakatan dagang kedua negara bisa diselenggarakan pada pekan depan.

Delegasi China kemungkinan akan bertandang ke AS pada pekan depan. Namun, tanggal pasti dari keberangkatan delegasi China dan seremoni penandatanganan kesepakatan dagang hingga kini belum diketahui secara pasti.

Sebagai informasi, Global Times merupakan media yang dimiliki dan dijalankan oleh Partai Komunis sehingga informasi yang diberikan terkait perkembangan perang dagang AS-China biasanya akurat.

Seperti yang diketahui, belum lama ini AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu.

Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada tanggal 15 Desember.

Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Lebih lanjut, kesepakatan dagang tahap satu AS-China juga mengatur mengenai komplain dari AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam.

Dari dalam negeri, ada juga sentimen positif bagi pasar saham yakni rilis data cadangan devisa. Pada hari ini, Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa cadangan devisa Indonesia meningkat hingga US$ 2,5 miliar pada Desember 2019 menjadi US$ 129,18 miliar, dari yang sebelumnya US$ 126,63 miliar pada November 2019.

Posisi cadangan devisa pada bulan Desember merupakan yang tertinggi di sepanjang tahun 2019.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," tulis BI dalam keterangannya, Rabu (8/1/2020).

Perkembangan cadangan devisa pada Desember 2019 terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa minyak dan gas, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, dan penerimaan valas lainnya.

"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai dengan didukung stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik.”

Untuk diketahui, posisi cadangan devisa merupakan elemen yang penting dalam mendikte pergerakan nilai tukar rupiah. Ketika cadangan devisa meningkat, ada peluang bagi rupiah untuk menguat melawan dolar AS.

Namun, pada perdagangan hari ini rupiah justru melemah 0,11% di pasar spot ke level Rp 13.885/dolar AS. Memanasnya tensi antara AS dan Iran membuat rupiah dilepas pelaku pasar.

Depresiasi rupiah pada akhirnya memicu investor asing untuk melego saham-saham di Tanah Air. Per akhir sesi dua, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 7,82 miliar di pasar reguler.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular