Selain Ancaman World War III, Ini Sentimen Pasar Pekan Depan

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 January 2020 21:09
Dampak Rilis Risalah Rapat The Fed
Foto: Arie Pratama

Pertemuan The Fed

Sentimen ketiga yang perlu dicermati adalah dampak dari rilis risalah pertemuan The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS. Pada Sabtu dini hari Waktu Indonesia, risalah dari pertemuan bulan Desember dirilis oleh The Fed.

Sekedar mengingatkan, di sepanjang tahun 2019 The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak tiga kali, masing-masing sebesar 25 bps, yakni pada bulan Juli, September, dan Oktober. Jika ditotal, federal funds rate dipangkas sebesar 75 bps oleh Gubernur The Fed Jerome Powell beserta dengan koleganya di bank sentral.

Perang dagang AS-China, perlambatan ekonomi global, dan inflasi yang rendah menjadi faktor yang membuat The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps tersebut.

Pada pertemuan di bulan Desember, The Fed memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan. Keputusan ini sesuai dengan estimasi dari para ekonom bahwa federal funds rate akan dipertahankan di rentang 1,5%-1,75%.

Dalam konferensi persnya, Powell kembali mengindikasikan bahwa era pelonggaran tingkat suku bunga acuan sudah usai. Sikap dari Powell tersebut mengonfirmasi stance dari bank sentral AS yang sudah tak lagi dovish.

Hal ini kemudian dikonfirmasi lagi oleh rilis risalah rapatnya. Bahkan, melansir CNBC International, risalah tersebut menunjukkan bahwa beberapa pejabat The Fed khawatir tingkat suku bunga acuan di level yang relatif rendah berisiko membawa dampak negatif bagi perekonomian AS.

“Beberapa anggota mengungkapkan kekhawatirannya bahwa menetapkan tingkat suku bunga acuan di level yang rendah dalam periode yang panjang dapat mendorong perilaku pengambilan risiko yang berlebihan (excessive risk-taking), yang pada akhirnya dapat memperparah ketidakseimbangan di sektor keuangan,” tulis risalah tersebut, seperti dilansir dari CNBC International.

Dengan ruang pemangkasan tingkat suku bunga acuan di AS yang tampak sudah hampir sepenuhnya tertutup, praktis ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk mengeksekusi pelonggaran tingkat suku bunga acuan menjadi terbatas. Hal ini bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar saham Indonesia.

Rilis Data Ekonomi Luar Negeri

Sentimen keempat yang perlu diwaspadai pelaku pasar saham Tanah Air adalah rilis data ekonomi di luar negeri.

Pada hari Senin (6/1/2020), angka Manufacturing PMI Jepang dan Hong Kong periode Desember 2019 akan dirilis. Pada hari yang sama, Composite PMI China dan Singapura periode Desember 2019 akan dirilis.

Pada hari Selasa (7/1/2020), Non-Manufacturing PMI AS periode Desember 2019 akan dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM). Pada hari Kamis (9/1/2019), angka inflasi China periode Desember 2019 akan dirilis.

Pada hari Jumat (10/1/2020), data penjualan barang-barang ritel Singapura periode November 2019 akan diumumkan. Juga pada hari Jumat, data penciptaan lapangan kerja AS (di luar sektor pertanian) periode Desember 2019, beserta dengan angka tingkat pengangguran untuk periode yang sama, akan dirilis.

Rilis Data Ekonomi Dalam Negeri

Sentimen terakhir yang perlu diwaspadai pelaku pasar saham Tanah Air adalah rilis data ekonomi dari dalam negeri.

Pada hari Selasa, data cadangan devisa periode Desember 2019 dijadwalkan dirilis oleh Bank Indonesia.

Sementara itu, dua data ekonomi lainnya yang kemungkinan akan dirilis pada pekan depan adalah indeks keyakinan konsumen periode Desember 2019 dan penjualan barang-barang ritel periode November 2019.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular