Pekan Ini Gerak Pasar Saham & Obligasi Tak Sehati

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
04 January 2020 12:55
Penguatan terutama terjadi pada seri FR0082 bertenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak negatif sepanjang pekan ini dari pekan lalu di sela-sela libur bursa pada tahun baru.

Data perdagangan menunjukkan IHSG turun 6 poin (0,09%) menjadi 6.323 kemarin (3/1/20) dari posisi akhir pekan lalu 6.329 pada 3 hari perdagangan.



Koreksi disebabkan tipisnya transaksi pada penutupan pasar di akhir 2019, meskipun bursa global menguat karena sentimen positif dari rencana penandatanganan perjanjian damai dagang Amerika Serikat (AS)-China pada 15 Januari nanti.

Koreksi itu dibarengi oleh nilai rerata transaksi harian Rp 7,11 triliun/hari yang menciut dibandingkan dengan rerata transaksi harian tahun lalu Rp 9,13 triliun/hari. Transaksi paling besar terjadi pada 30 Desember hingga Rp 11,44 triliun, sedangkan transaksi 2 Januari dan 3 Januari hanya Rp 4,17 triliun dan Rp 5,73 triliun.

Meskipun nilai transaksi menyusut, investor asing justru masuk ke pasar sepekan ini dan membukukan aksi beli asing bersih (nett foreign buy) di pasar reguler Rp 203,69 miliar dalam 3 hari perdagangan.

Koreksi di pasar saham tidak seiring dengan pasar obligasi, di mana penguatan justru terjadi di pasar efek utang pemerintah, atau yang biasa disebut surat utang negara (SUN). Penguatan terutama terjadi pada seri FR0082 bertenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar.




Penguatan harga itu membuat tingkat imbal hasil (yield) turun hingga 3 basis poin (bps) menjadi 7,06% dari posisi 7,09% pada 27 Desember. Besaran 100 bps setara 1%.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.

Penguatan pasar SUN sudah terjadi hampir beruntun sejak 19 Desember hingga kemarin dan menekan yield-nya di pasar.


 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/hps) Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular