Analisis

Perang AS-Iran di Depan Mata, Rupiah Putar Balik

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 January 2020 13:28
Perang AS-Iran di Depan Mata, Rupiah Putar Balik
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berbalik melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (3/1/2019). Mata uang Garuda sebenarnya membuka perdagangan dengan menguat 0,06% ke Rp 13.875/US$, tetapi tidak lama langsung berbalik melemah akibat situasi di Timur Tengah yang memanas.

Sebelum tengah hari rupiah sudah melemah 0,26% ke Rp 13.920/US$.

Rupiah sebenarnya punya modal untuk menguat pada hari ini, sentiment pelaku pasar sedang bagus-bagusnya yang tercermin dari Wall Street yang kembali mencetak rekor tertinggi, serta penguatan mayoritas bursa saham Asia dan Eropa pada Kamis kemarin.

Selain kesepakatan dagang fase I yang akan diteken pada 15 Januari nanti, stimulus moneter dari bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) juga disambut baik pelaku pasar global. PBoC memberikan "kado" awal tahun dengan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM), kebijakan tersebut membanjiri ekonomi China dengan likuiditas senilai 800 miliar yuan.



Hal tersebut membuat rupiah menguat begitu perdagangan hari ini dibuka, tetapi sentiment pelaku pasar yang tiba-tiba memburuk membuat langkah rupiah untuk melanjutkan penguatan buyar.

Kemungkinan terjadinya perang di Timur Tengah menjadi penyebab memburuknya sentiment pelaku pasar. Hal ini bermula saat Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Irak mendapat serangan pada Selasa (31/12/2019) yang membuat Presiden Donald Trump geram.

Iran dituduh ada di balik serangan tersebut, dan AS siap membalas. Pada hari ini, Jendral Pasukan Elit Iran dilaporkan Tewas dalam sebuah serangan udara di Baghdad.

CNBC International mewartakan dalam serangan udara di Baghdad Jenderal Pasukan Elit Iran, Qassim Soleimani tewas dalam serangan udara bersama dengan wakil komandan milisi Iran atau yang dikenal dengan Popular Mobilization Forces (PMF). PMF menyatakan AS ada dibalik serangan tersebut.



Pentagon sudah mengkonfirmasi serangan yang menewaskan jendral serta Iran serta deputi komandan PMF tersebut.

Tewasnya dua tokoh penting Iran tersebut dikabarkan dapat membuat situasi di Timur Tengah semakin panas, Iran dan PMF kemungkinan akan membalas AS dan Israel.

Perang AS vs Iran kini sudah di depan mata, pelaku pasar tentunya mengalihkan investasinya ke aset-aset aman, dan untuk sementara menghindari aset berisiko. Dampaknya, rupiah yang baru saja melaju harus putar balik mundur.

[Gambas:Video CNBC]

Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan di bawah MA 20/rerata pergerakan 20 hari (garis merah).

Perang AS-Iran di Depan Mata, Rupiah Putar Balik Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Sumber: investing.com


Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak turun, dengan histogram yang di wilayah negatif. Indikator-indikator grafik harian ini mengindikasikan rupiah sudah mendapatkan momentum penguatan. 

Perang AS-Iran di Depan Mata, Rupiah Putar Balik Grafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam
Sumber: investing.com


Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di atas MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak turun dan berada di wilayah jenuh belu (overbought).

Level Rp 13.910/US$ menjadi support (tahanan bawah) terdekat. Jika mampu ditembus kembali, rupiah berpeluang memangkas pelemahan dan bahkan menguat menuju ke Rp 13.890/US$ melihat indikator Stochastic yang overbought

Sementara jika gagal menembus support tersebut atau selama tertahan di atasnya, rupiah berisiko melemah ke Rp 13.930/US$.


TIM RISET CNBC INDONESIA 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular