AS-Iran Saling Tembak, Rupiah Ikut Jadi Korban

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 January 2020 10:08
AS-Iran Panas (Lagi)
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Depresiasi mata uang Asia terjadi seiring menciutnya nyali investor untuk masuk ke aset-aset berisiko. Kala damai dagang AS-China sudah di depan mata, kini ada risiko baru yang bisa mengancam perekonomian dunia yaitu kondisi geopolitik di Timur Tengah.

Akhir pekan lalu, AS melakukan serangan udara ke basis milisi Kataib Hezbollah yang dibekingi Iran. Serangan ini dilakukan sebagai balasan atas tembakan roket ke pangkalan militer Irak yang menewaskan seorang kontraktor berkebangsaan AS.

Serangan udara AS berbuntut panjang. Kedutaan Besar AS di Irak didatangi oleh para demonstran (yang sebagian adalah anggota Kataib Hezbollah). Lemparan batu dari para demonstran membuat aparat keamanan bertindak represif.

Presiden AS Donald Trump menuding Iran sebagai aktor intelektual di balik unjuk rasa tersebut. Trump menegaskan Iran bakal menerima balasan yang setimpal.

"Kantor Kedutaan Besar AS di Iran sudah aman. Para prajurit dengan perlengkapan militer paling mematikan di dunia segera menuju ke lokasi. Terima kasih kepada Presiden dan Perdana Menteri Irak atas respons cepat.

Iran harus bertanggung jawab atas hilangnya nyawa dan berbagai kerusakan di fasilitas kami. Mereka akan membayarnya! Ini bukan peringatan, tetapi ancaman. Selamat Tahun Baru!" cuit Trump di Twitter.


Mark Esper, Menteri Pertahanan AS, menegaskan Iran ditengarai tengah menyiapkan rencana serangan lanjutan. Oleh karena itu, mungkin saja Negeri Adidaya akan mengambil langkah preventif untuk melindungi warga dan fasilitasnya.

"Ada indikasi mereka (Iran) mungkin merencanakan serangan berikutnya. Kalau sampai itu terjadi, kami akan bertindak. Jika kami menerima kata-kata bernada serangan atau indikasi ke arah sana, kami akan mengambil langkah preemtif untuk melindungi pasukan dan nyawa warga negara AS," tegas Esper, seperti diberitakan Reuters.


Wow. Ini berarti ada risiko friksi AS-Iran bakal tereskalasi menjadi agresi militer. Perang sungguhan. Tentu pelaku pasar sangat tidak nyaman sehingga tidak ada yang berani mengambil risiko.

Situasi yang memanas di Timur Tengah juga membuat harga minyak meroket. Pada pukul 09:43 WIB, harga minyak jenis brent melonjak 3,5% sementara light sweet menanjak 2,16%.



Bagi Indonesia, kenaikan harga minyak memberi tekanan tambahan bagi rupiah. Maklum, Indonesia adalah negara net importir minyak.

Saat harga minyak naik, biaya impor komoditas ini akan ikut melejit. Ketika semakin banyak devisa yang 'dibakar' untuk impor minyak, rupiah pun melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular