Inflasi Rendah Sampai Damai Dagang Bikin Rupiah Menang

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 January 2020 08:14
Inflasi Rendah Sampai Damai Dagang Bikin Rupiah Menang
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat tipis di perdagangan pasar spot hari ini. Pasar yang masih sepi membuat rupiah punya waktu untuk konsolidasi setelah menguat begitu tajam tahun lalu.

Pada Jumat (3/1/2020), US$ 1 setara dengan Rp 13.875 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,06% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Penguatan rupiah belum bisa terlalu signifikan karena sepanjang tahun lalu apresiasi mata uang Tanah Air mencapai hampir 3,5%. Dalam sebulan terakhir saja, rupiah masih menguat signifikan tepatnya 1,67%.

 

Apalagi pasar sedang sepi selepas libur Tahun Baru, dan mungkin baru benar-benar aktif pekan depan. Situasi ini dimanfaatkan investor untuk melakukan konsolidasi, menata dan menyiapkan diri untuk mengarungi perdagangan 2020.

Dari dalam negeri, sepertinya rilis data inflasi mulai mempengaruhi pergerakan rupiah. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi sepanjang 2019 sebesar 2,72%, terendah dalam 20 tahun terakhir.

 


Inflasi yang rendah bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah. Memegang rupiah akan menguntungkan karena nilainya tidak banyak tergerus oleh 'monster' inflasi.


Kondisi serupa dialami oleh mata uang Asia lainnya. Sebagian besar mata uang utama Benua Kuning juga berhasil menguat terhadap dolar AS.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:08 WIB:



Berbagai sudah dirasakan oleh mata uang Asia. Bank Sentral China (PBoC) memutuskan untuk memangkas Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan sebesar 50 basis poin (bps) berlaku mulai 6 Januari.

Kebijakan ini membuat likuiditas perbankan akan lebih gemuk. PBoC memperkirakan akan ada tambahan likuiditas sebesar CNY 800 miliar (Rp 1.595,07 triliun dengan kurs saat ini) yang bisa dimanfaatkan untuk penyaluran kredit sehingga diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

"Penurunan GWM akan meningkatkan kepercayaan investor dan mendukung perekonomian. Saat ini, ekonomi China mulai stabil," kata Wen Bin, Ekonom Minsheng Bank yang berbasis di Beijing, seperti dikutip dari Reuters.


Belum lagi perang dagang AS-China yang sepertinya sudah hampir berakhir. Presiden AS Donald Trump sebelum Tahun Baru mengungkapkan bahwa kesepakatan damai dagang akan ditandatangani pada 15 Januari di Gedung Putih.

Berbagai kabar gembira ini sedikit banyak mampu menaikkan gairah investor. Sepertinya pelaku pasar telah merasakan optimisme memasuki tahun yang baru.



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular