Hari Terakhir 2019, Wall Street Dibuka Merah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 December 2019 21:43
Investor sepertinya sudah kurang bergairah di perdagangan terakhir 2019.
Ilustrasi Bursa Saham New York (AP Photo/Richard Drew)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham New York di Amerika Serikat (AS) dibuka melemah hari ini. Investor sepertinya sudah kurang bergairah di perdagangan terakhir 2019.

Pada Selasa (31/12/2019), indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka turun 0,22% ke 28.400,71. Sementara S&P 500 terkoreksi 0.2,% menjadi 3.214,17, dan Nasdaq Composite berkurang 0,3% ke 8.919,44.

Sejak akhir 2018, Wall Street sudah menguat sangat signifikan. DJIA melonjak 22,01%, S&P 500 melesat 28,5%, dan Nasdaq Composite meroket 34,82%. Wall Street mencatatkan kenaikan tertinggi dalam enam tahun terakhir.

Baca: The Genius Trump, Semesta Mendukung Jadi Presiden AS Lagi

Oleh karena itu, pasti akan datang hari di mana investor memilih untuk mengambil untung (profit taking). Ketika itu terjadi, maka Wall Street pasti terkoreksi.

Lagipula, jiwa investor sudah tidak di pasar meski perdagangan masih berjalan. Maklum, suasana Tahun Baru sudah di depan mata. Perdagangan di Wall Street memang tipis sejak jelang libur Hari Natal karena hawa libur sudah sangat terasa.

Selain itu, pelaku pasar juga mengkhawatirkan risiko gesekan di Timur Tengah. Hari ini, kantor Kedutaan Besar AS di Irak didemo oleh pengunjuk rasa yang menentang serangan udara Negeri Adidaya ke basis milisi Syiah yang dibekingi Iran.

Serangan udara itu dipicu oleh tembakan roket ke pangkalan militer Irak yang menewaskan seorang kontraktor warga negara AS. Presiden AS Donald Trump menuding Iran menjadi otak serangan roket plus demonstrasi yang terjadi hari ini.

"Iran telah membunuh kontraktor AS dan melukai banyak orang lainnya. Kami merespons dengan kuat, selalu seperti itu. Sekarang Iran merancang serangan ke Kedutaan Besar AS di Irak. Mereka akan bertanggung jawab. Kami berharap Irak menggunakan segenap kekuatan untuk melindungi Kedutaan," cuit Trump melalui Twitter.


Namun ada harapan Wall Street bisa menipiskan koreksi atau bahkan berbalik menguat. Pemicunya lagi-lagi cuitan Trump di Twitter.

Pada pukul 21:16 WIB, akun @realDonaldTrump menunjukkan unggahan terbaru. Sang pemilik akun, presiden ke-45 Negeri Adidaya, mengungkapkan bahwa perjanjian damai dagang AS-China Fase I akan diteken pada 15 Januari 2020.

"Saya akan menandatangani perjanjian Fase I yang sangat besar dan komprehensif dengan China pada 15 Januari. Seremoni akan dilakukan di Gedung Putih. Delegasi tingkat tinggi dari China akan datang. Selepas itu, saya akan datang ke Beijing dan memulai pembicaraan Fase II," cuit Trump di Twitter.


Damai dagang AS-China memang baru masuk Fase I. Namun dengan hubungan kedua negara yang semakin harmonis, maka langkah menuju fase-fase selanjutnya bisa berjalan mulus. Semoga nantinya AS-China bisa mencapai damai dagang yang hakiki.

Perang dagang AS-China yang berlangsung selama lebih dari setahun terakhir menyebabkan rantai pasok global setengah lumpuh. Volume perdagangan dan investasi jauh melambat, gara-gara dua perekonomian terbesar di planet bumi saling hambat.

Dengan terciptanya damai dagang, maka ada harapan besar rantai pasok global akan pulih. Pertumbuhan ekonomi tidak lagi seret, siap melaju pada 2020. Harapan ini yang bisa menyebabkan risk appetite pasar membuncah dan membuat arus modal asing mengalir ke aset-set berisiko seperti saham.


(aji/aji) Next Article Data Lapangan Kerja AS Panas Lagi, Wall Street Dibuka Loyo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular