Menuju Akhir 2019, Rupiah Sang Raja 4 Benua Terus Berjaya

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 December 2019 17:34
Menuju Akhir 2019, Rupiah Sang Raja 4 Benua Terus Berjaya
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan Senin (30/12/2019). Sebelum hari ini, rupiah sudah mencatat penguatan 4 pekan beruntun.

Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan stagnan di Rp 13.945/US$, setelahnya rupiah langsung masuk ke zona hijau. Mata uang Garuda tidak sekalipun mencicipi zona merah, malahan penguatan semakin tebal hingga 0,25% ke level Rp 13.910/US$ pada tengah hari. Level tersebut sekaligus menjadi yang terkuat untuk rupiah pada hari ini.

Dalam perjalanannya menjelang penutupan tahun ini, penguatan rupiah terpangkas, dan tepat pada pukul 16:00 WIB, rupiah berada di level Rp 13.920/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.



Dengan penguatan hari ini, total sepanjang tahun 2019 atau secara year-to-date (ytd) rupiah mencatat penguatan 3,17%.

Performa impresif rupiah tidak hanya melawan dolar AS, mata uang utama di benua lainnya juga menjadi korban kegarangan Sang Garuda.
Dari benua Eropa, mata uang 19 negara (euro) dibuat anjlok 5,51%, sementara tetangganya poundsterling melemah 0,69%.



Dari benua Asia, yen yang menjadi mata uang utama melemah 2,8% di hadapan rupiah. Fakta rupiah menguat melawan mata uang yang dianggap safe haven ini layak mendapat apresiasi lebih besar, mengingat di tahun ini pasar finansial dibuat gonjang-ganjing oleh pelambatan ekonomi global akibat perang dagang AS dengan China.

Pindah ke selatan, di Benua Australia Sang Garuda juga berhasil menancapkan cakarnya. Dolar Australia melemah 4,02%.



[Gambas:Video CNBC]

Kinerja apik rupiah tidak lepas dari upaya Bank Indonesia (BI) menjaga stabilitas Sang Garuda di tahun ini. Kemudian kesepakatan dagang fase I AS-China memberikan dorongan penguatan di penghujung 2019. 

Direktur Eksekutif Operasi Moneter Bank Indonesa (BI), Nanang Hendarsah pada 20 Desember lalu menyatakan BI memang tidak pernah lengah untuk memastikan Rupiah tetap bergerak dalam fluktuasi yang manageable.

"Kami memantau dinamika global 24 jam dan merespon setiap tekanan sejak pembukaan pasar pukul 08.00 WIB," ungkap Nanang kepada CNBC Indonesia, Jumat (20/12/2019).

"Triple intervention melalui tiga kombinasi instrument tetap menjadi andalan dalam upaya menekan volatilitas kurs Rupiah," imbuhnya. 



Stabilitas rupiah bisa dilihat dari pergerakannya yang hanya mengalami pelemahan dalam beberapa pekan saja di bulan Mei. 

Di kuartal IV-2019, penguatan rupiah terakelerasi setelah AS-China mengumumkan kesepakatan dagang fase I pada pertengahan Oktober. Sinyal kesepakatan dagang fase I akan segera diteken menguat sejak pekan lalu, yang membuat rupiah terus menguat. 

Dengan adanya kesepakatan dagang fase I dan akan berlanjut ke negosiasi fase II, perang dagang antara AS-China sudah mendekati akhir. Perang dagang kedua negara sudah berlangsung selama 18 bulan dan membuat perekonomian AS-China melambat, serta menyeret turun pertumbuhan ekonomi global.

Ketika perang dagang berakhir, pertumbuhan ekonomi global diharapkan bisa bangkit di tahun depan, dan aset-aset berisiko serta berimbal hasil tinggi akan menjadi target investasi, instrument investasi Tanah Air jadi mendapat rezeki.

Kesepakatan dagang fase I memang sudah tercapai beberapa pekan lalu, tetapi sinyal akan diteken dalam waktu dekat yakni di awal Januari semakin menguat pada pekan lalu.



Pada hari Senin (23/12/2019), CNBC International melaporkan China akan menurunkan bea masuk terhadap 850 produk dari AS mulai 1 Januari. Sehari setelah itu Presiden AS, Donald Trump, menyebut kesepakatan dagang fase I sudah hampir selesai, dan akan ada upacara penandatanganan dengan Presiden China Xi Jinping.

"Ya, kami akan mengadakan upacara penandatanganan," kata Trump kepada wartawan, seperti dilansir dari Reuters.

China juga mengkonfirmasi hal tersebut, pada hari Rabu (25/12/2019). Pemerintah Beijing mengatakan sedang melakukan pembicaraan mengenai upacara penandatangan kesepakatan dagang fase I dengan Washington.

Sampai saat ini, awal Januari masih menjadi waktu yang disebutkan oleh AS, ini artinya dalam satu atau dua pekan ke depan AS-China akan meneken kesepakatan tersebut. Bahkan tidak menutup kemungkinan, kesepakatan akan diteken pada pekan ini, sebagai awal manis di tahun 2020.


TIM RISET CNBC INDONESIA 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular