
Punya Saham Undervalue, Jiwasraya Tunggu Nilainya Rp 5,6 T
Sandi Ferry, CNBC Indonesia
27 December 2019 15:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian BUMN menyatakan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) masih akan menunggu nilai investasi perusahaan di saham yang saat ini turun (undervalue) kembali lagi ke harga wajar dengan nilai mencapai Rp 5,6 triliun.
Saat ini, Jiwasraya tengah terjebak karena strategi investasi yang salah, yakni menyimpan aset saham dan reksa dana di saham-saham berkualitas rendah alias saham gorengan.
Porsi investasi saham Jiwasraya adalah sebesar 22,4% dari nilai investasi atau senilai Rp 7 triliun. Sebesar 5% dari investasi saham tersebut dialokasikan ke saham-saham anggota indeks LQ45 (45 saham unggulan dan paling likuid di Bursa Efek Indonesia), sementara sisanya ke saham-saham di luar indeks LQ45.
Nilai saham ini turun drastis di Desember 2018 menjadi Rp 3,77 triliun serta ambles lagi menjadi di Rp 2,48 triliun di pencatatan September 2019.
Staf khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga berharap saham yang dimiliki Jiwasraya bisa terkerek naik hingga dua kali lipat lebih.
"[Diharapkan] saham undervalued itu suatu saat bisa naik, ini kita akan jual dengan total Rp 5,6 triliun setelah naik ya," katanya di Kantor Kementerian BUMN, Jumat (27/12/2019).
Hal ini sekaligus menjawab langkah Jiwasraya terhadap aset saham gorengan yang dimiliki. Opsi menjual saham saat ini bukan langkah baik yang bisa diambil. "[Jadi] bukan dijual saat dia harga rendah [bukan cut loss]," lanjut Arya.
Langkah ini merupakan salah satu cara yang bisa diproyeksi agar bisa membayar klaim polis nasabah. Selain menunggu naiknya harga saham, Arya juga mengungkapkan dua langkah lainnya.
"Holding asuransi bisa hasilkan dana uang-uang di nasabah Jiwasraya, kedua penjualan saham dari Jiwasraya Putera [anak usaha Jiwasraya]," sebut eks Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin itu.
Selain bermasalah dengan aset saham bernilai rendah, Jiwasraya juga salah dalam strateginya menyimpan aset di reksa dana.
Penurunannya nilainya lebih parah. Pada Desember 2017 nilai reksa dana mencapai Rp 19,17 triliun, kemudian turun di Desember 2018 menjadi Rp 16,32 triliun serta penurunan paling tajam terjadi di pencatatan September 2019 menjadi Rp 6,64 triliun.
Saat ini, Jiwasraya tengah terjebak karena strategi investasi yang salah, yakni menyimpan aset saham dan reksa dana di saham-saham berkualitas rendah alias saham gorengan.
Porsi investasi saham Jiwasraya adalah sebesar 22,4% dari nilai investasi atau senilai Rp 7 triliun. Sebesar 5% dari investasi saham tersebut dialokasikan ke saham-saham anggota indeks LQ45 (45 saham unggulan dan paling likuid di Bursa Efek Indonesia), sementara sisanya ke saham-saham di luar indeks LQ45.
Nilai saham ini turun drastis di Desember 2018 menjadi Rp 3,77 triliun serta ambles lagi menjadi di Rp 2,48 triliun di pencatatan September 2019.
Staf khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga berharap saham yang dimiliki Jiwasraya bisa terkerek naik hingga dua kali lipat lebih.
"[Diharapkan] saham undervalued itu suatu saat bisa naik, ini kita akan jual dengan total Rp 5,6 triliun setelah naik ya," katanya di Kantor Kementerian BUMN, Jumat (27/12/2019).
Hal ini sekaligus menjawab langkah Jiwasraya terhadap aset saham gorengan yang dimiliki. Opsi menjual saham saat ini bukan langkah baik yang bisa diambil. "[Jadi] bukan dijual saat dia harga rendah [bukan cut loss]," lanjut Arya.
Langkah ini merupakan salah satu cara yang bisa diproyeksi agar bisa membayar klaim polis nasabah. Selain menunggu naiknya harga saham, Arya juga mengungkapkan dua langkah lainnya.
"Holding asuransi bisa hasilkan dana uang-uang di nasabah Jiwasraya, kedua penjualan saham dari Jiwasraya Putera [anak usaha Jiwasraya]," sebut eks Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin itu.
Selain bermasalah dengan aset saham bernilai rendah, Jiwasraya juga salah dalam strateginya menyimpan aset di reksa dana.
Penurunannya nilainya lebih parah. Pada Desember 2017 nilai reksa dana mencapai Rp 19,17 triliun, kemudian turun di Desember 2018 menjadi Rp 16,32 triliun serta penurunan paling tajam terjadi di pencatatan September 2019 menjadi Rp 6,64 triliun.
(tas/tas) Next Article Bos Jiwasraya: Saham Perusahaan Erick Dilepas, Cuan Rp 2,8 M
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular