
Catatan BEI 2019: 55 Emiten Anyar Listing di BEI

Jakarta, CNBC Indonesia - Target Bursa Efek Indonesia (BEI) mendatangkan sekitar 57 perusahaan tercatat (emiten) baru ke pasar modal melalui skema penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) sepanjang tahun 2019 ternyata belum tercapai, kendati hanya kurang dua calon emiten.
Adapun total target pencatatan efek di BEI pada tahun ini mencapai 75 termasuk efek lainnya seperti DIRE (dana investasi real estate), EBA (efek beragun aset), dan ETF (exchange traded fund), dan beberapa efek lainnya.
PT Galva Technologies Tbk (GLVA) menjadi emiten pamungkas di penghujung tahun ini dan menjadi perusahaan tercatat ke 55 sepanjang tahun 2019 dan emiten ke-668 di BEI.
Perolehan jumlah perusahaan tercatat tahun 2019 sebanyak 55 emiten, sama dengan capaian tahun 2018 sebanyak 55 emiten, alias flat.
PT Uni-Charm Indonesia Tbk (UCID) menjadi emiten yang tercatat di tahun ini dengan perolehan emisi terbesar yakni mencapai Rp 1,2 triliun dengan melepas 831 juta saham dengan harga IPO Rp 1.500/saham.
Namun, jumlah perusahaan yang didepak dari bursa (delisting) tahun 2019 ada 6 perusahaan dari tahun 2018 sebanyak 4 perusahaan.
Padahal, sebelumnya otoritas bursa optimistis, hingga tutup tahun 2019, emiten baru di BEI kembali mencetak rekor dan melampaui capaian di tahun sebelumnya.
"Harapan kita ke depan lebih dari pencapaian kita dari tahun kemarin. Kita optimistis jumlah perusahaan tercatat tahun ini akan menjadi rekor baru," ungkap Nyoman Yetna di BEI, Jakarta, Selasa (15/10/2019).
Sebagai gambaran, pada tahun 2018, BEI berhasil mencatat rekor jumlah perusahaan tertinggi sejak tahun 1992, di mana 55 perusahaan melantai di BEI. PT Phapros Tbk (PEHA) menjadi emiten pamungkas di 2018 yang mencatatkan saham perdana di BEI pada 26 Desember 2018.
Flat-nya jumlah IPO tahun ini, ditengarai karena ada beberapa perusahaan yang menunda IPO tahun depan. Beberapa yang menunda yakni PT Lion Mentari Airlines dan PT Softex Indonesia.
"Begini lho, mereka [Lion, Softex] sudah mempersiapkan keputusan itu [IPO], tapi keputusan timing yang tepat itu mereka pasti underwriter yang akan menentukan [waktu] yang tepat," tegas Dirut BEI Inarno Djajadi, usai acara Syariah Investment Week 2019, di Gedung BEI, Kamis (21/11/2019).
![]() |
Dalam kesempatan sebelumnya, Yetna mengatakan target pipeline jangan lebih rendah daripada periode sebelumnya. "Terus pipeline terakhir kan 16 perusahaan. Kita sudah komunikasi ke underwriter sejumlah 33 sekuritas. Mudah-mudahan lebih dari 57 emiten baru bisa kita capai [tahun ini IPO], tahun lalu kan kita 57 emiten," kata dia, Senin (12/8/2019).
(tas/tas) Next Article Potret Saham Hillcon Langsung Melesat Usai Resmi Melantai