
Analisis
Level Psikologis Rp 14.000/US$ Masih Jadi Magnet Bagi Rupiah
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 December 2019 12:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah bergerak antara penguatan dan pelemahan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (23/12/2019) siang.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung menguat 0,14% ke Rp 13.950/US$. Sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat bagi rupiah hingga detik ini. Selepas itu rupiah memangkas penguatan dan berbalik melemah 0,11% ke Rp 13.985/US$, sebelum berada di level Rp 13.975 pada pukul 12:00 WIB, berdasarkan data Refinitiv.
Pergerakan tersebut menunjukkan rupiah masih sulit untuk menjauhi level psikologis Rp 14.000/US$. Dengan kondisi eksternal dan internal saat ini, sepertinya Mata Uang Garuda masih akan belum jauh-jauh dari level psikologis tersebut.
Apalagi menuju akhir tahun, permintaan valas oleh korporasi akan meningkat untuk pembayaran dividen, pembayaran pokok/bunga utang, dan sebagainya, sehingga cenderung menekan nilai tukar rupiah.
Kabar bagus dari AS dan China membuat rupiah menguat begitu perdagangan hari ini dibuka. Seperti diketahui sebelumnya, pada Jumat (13/12/2019) kedua negara sudah mencapai kesepakatan dagang fase I, dan diperkirakan akan ditandatangani awal tahun depan.
Sementara pada Jumat (20/12/2019) pekan lalu, Presiden AS Donald Trump melalui akun Twitternya menyatakan melakukan "pembicaraan yang sangat baik" dengan Presiden China, Xi Jinping. Hal tersebut menambah optimisme pelaku pasar akan kesepakatan dagang fase I segera diteken.
Presiden Trump, juga menyatakan kesepakatan dagang akan ditandatangani dalam waktu dekat. "Kami sudah mencapai terobosan terkait kesepakatan dagang. Penandatanganan akan dilakukan dalam waktu yang sangat dekat," ungkap Trump di acara Turning Point USA di Florida, seperti dikutip dari Reuters.
Hari ini, giliran China yang mengirim kabar bagus. CNBC International melaporkan Negeri Tiongkok akan menurunkan bea masuk terhadap 850 produk dari AS mulai 1 Januari. Kabar bagus itu membuat sentimen pelaku pasar semakin membaik dan masuk ke aset-aset berisiko serta berimbal hasil tinggi.
Rupiah menjadi salah satu yang mendapat rejeki. Namun sayangnya, rupiah gagal mempertahankan kinerja di awal perdagangan hari ini. Level Rp 14.000/US$ seakan jadi magnet yang terus menarik rupiah untuk kembali ke situ.
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan di bawah MA 20/rerata pergerakan 20 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak turun, dengan histogram yang di wilayah negatif. Indikator-indikator grafik harian ini mengindikasikan rupiah mulai mengumpulkan momentum penguatan.
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak naik memasuki dari wilayah jenuh jual (oversold).
Rupiah masih bergerak di bawah level psikologis Rp 14.000/US$. Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang memangkas pelemahan bahkan kembali menguat ke Rp 13.955/US$ pada hari ini. Sementara jika menembus ke atas Rp 14.000/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.020/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung menguat 0,14% ke Rp 13.950/US$. Sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat bagi rupiah hingga detik ini. Selepas itu rupiah memangkas penguatan dan berbalik melemah 0,11% ke Rp 13.985/US$, sebelum berada di level Rp 13.975 pada pukul 12:00 WIB, berdasarkan data Refinitiv.
Pergerakan tersebut menunjukkan rupiah masih sulit untuk menjauhi level psikologis Rp 14.000/US$. Dengan kondisi eksternal dan internal saat ini, sepertinya Mata Uang Garuda masih akan belum jauh-jauh dari level psikologis tersebut.
Kabar bagus dari AS dan China membuat rupiah menguat begitu perdagangan hari ini dibuka. Seperti diketahui sebelumnya, pada Jumat (13/12/2019) kedua negara sudah mencapai kesepakatan dagang fase I, dan diperkirakan akan ditandatangani awal tahun depan.
Sementara pada Jumat (20/12/2019) pekan lalu, Presiden AS Donald Trump melalui akun Twitternya menyatakan melakukan "pembicaraan yang sangat baik" dengan Presiden China, Xi Jinping. Hal tersebut menambah optimisme pelaku pasar akan kesepakatan dagang fase I segera diteken.
Presiden Trump, juga menyatakan kesepakatan dagang akan ditandatangani dalam waktu dekat. "Kami sudah mencapai terobosan terkait kesepakatan dagang. Penandatanganan akan dilakukan dalam waktu yang sangat dekat," ungkap Trump di acara Turning Point USA di Florida, seperti dikutip dari Reuters.
Hari ini, giliran China yang mengirim kabar bagus. CNBC International melaporkan Negeri Tiongkok akan menurunkan bea masuk terhadap 850 produk dari AS mulai 1 Januari. Kabar bagus itu membuat sentimen pelaku pasar semakin membaik dan masuk ke aset-aset berisiko serta berimbal hasil tinggi.
Rupiah menjadi salah satu yang mendapat rejeki. Namun sayangnya, rupiah gagal mempertahankan kinerja di awal perdagangan hari ini. Level Rp 14.000/US$ seakan jadi magnet yang terus menarik rupiah untuk kembali ke situ.
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan di bawah MA 20/rerata pergerakan 20 hari (garis merah).
![]() Sumber: investing.com |
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak turun, dengan histogram yang di wilayah negatif. Indikator-indikator grafik harian ini mengindikasikan rupiah mulai mengumpulkan momentum penguatan.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak naik memasuki dari wilayah jenuh jual (oversold).
Rupiah masih bergerak di bawah level psikologis Rp 14.000/US$. Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang memangkas pelemahan bahkan kembali menguat ke Rp 13.955/US$ pada hari ini. Sementara jika menembus ke atas Rp 14.000/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.020/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular