
Dalam dua hari, Kurs Dolar Australia menguat 0,78%
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 December 2019 13:25

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar dolar Australia menguat cukup signifikan melawan rupiah dalam dua hari terakhir. Pada pada perdagangan Jumat (20/12/2019) pukul 11:03 WIB AU$ 1 setara dengan Rp 9.647,48, dolar Australia menguat 0,25% dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin di pasar spot.
Total sejak kemarin hingga hari ini, dolar Australia menguat 0,78% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Penguatan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli dolar Australia di dalam negeri, berikut data yang diambil dari beberapa bank nasional pada pukul 11:15 WIB.
Dolar Australia mampu menguat cukup signifikan setelah data tenaga kerja Negeri Kanguru menunjukkan perbaikan.
Kamis pagi kemarin, Biro Pusat Statistik Australia melaporkan tingkat pengangguran di bulan November turun menjadi 5,2% dari bulan sebelumnya 5,3%. Sementara di bulan yang sama, terjadi penambahan jumlah tenaga kerja yang direkrut sebanyak 39.900 orang, berbanding terbalik dengan bulan sebelumnya yang terjadi pengurangan 24.500 orang.
Data ini memberikan sentiment positif setelah sebelumnya dolar Australia mengalami tekanan akibat rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) Selasa lalu.
Notula rapat awal Desember tersebut menunjukkan RBA sedang menyiapkan pelonggaran moneter lebih lanjut.
Bank sentral pimpinan Philip Lowe ini sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali sepanjang 2019, masing-masing sebesar 25 basis poin hingga ke rekor terendah 0,75%. Kondisi pasar tenaga kerja yang memburuk, inflasi yang rendah, serta pertumbuhan ekonomi yang melambat membuat RBA memangkas suku bunga secara agresif untuk memberikan stimulus ke perekonomian.
Analis mata uang di MUFG Lee Hardman memperkirakan RBA berpeluang besar menerapkan tingkat kebijakan moneter ekstra yang tidak biasa (un-conventional) yakni dengan melakukan pembelian surat berharga dan obligasi atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE).
Data tenaga kerja terbaru dengan tingkat pengangguran yang turun memberikan harapan perekonomian akan membaik, dampak pemangkasan suku bunga sebanyak tiga kali mulai bekerja. Jika terus menunjukkan perbaikan, ada peluang RBA tidak lagi memangkas suku bunga, dolar Australia menjadi perkasa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
Total sejak kemarin hingga hari ini, dolar Australia menguat 0,78% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Penguatan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli dolar Australia di dalam negeri, berikut data yang diambil dari beberapa bank nasional pada pukul 11:15 WIB.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
Bank BNI | 9.608,00 | 9.679,00 |
Bank BRI | 9.585,47 | 9.751,95 |
Bank Mandiri | 9.520,00 | 9.670,00 |
Bank BTN | 9.545,00 | 9.749,00 |
Bank BCA | 9.635,96 | 9.665,96 |
CIMB Niaga | 9.639,00 | 9.650,00 |
Dolar Australia mampu menguat cukup signifikan setelah data tenaga kerja Negeri Kanguru menunjukkan perbaikan.
Kamis pagi kemarin, Biro Pusat Statistik Australia melaporkan tingkat pengangguran di bulan November turun menjadi 5,2% dari bulan sebelumnya 5,3%. Sementara di bulan yang sama, terjadi penambahan jumlah tenaga kerja yang direkrut sebanyak 39.900 orang, berbanding terbalik dengan bulan sebelumnya yang terjadi pengurangan 24.500 orang.
Data ini memberikan sentiment positif setelah sebelumnya dolar Australia mengalami tekanan akibat rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) Selasa lalu.
Notula rapat awal Desember tersebut menunjukkan RBA sedang menyiapkan pelonggaran moneter lebih lanjut.
Bank sentral pimpinan Philip Lowe ini sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali sepanjang 2019, masing-masing sebesar 25 basis poin hingga ke rekor terendah 0,75%. Kondisi pasar tenaga kerja yang memburuk, inflasi yang rendah, serta pertumbuhan ekonomi yang melambat membuat RBA memangkas suku bunga secara agresif untuk memberikan stimulus ke perekonomian.
Analis mata uang di MUFG Lee Hardman memperkirakan RBA berpeluang besar menerapkan tingkat kebijakan moneter ekstra yang tidak biasa (un-conventional) yakni dengan melakukan pembelian surat berharga dan obligasi atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE).
Data tenaga kerja terbaru dengan tingkat pengangguran yang turun memberikan harapan perekonomian akan membaik, dampak pemangkasan suku bunga sebanyak tiga kali mulai bekerja. Jika terus menunjukkan perbaikan, ada peluang RBA tidak lagi memangkas suku bunga, dolar Australia menjadi perkasa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular