
Harga Batu Bara Flat Sejak Awal Pekan, Tak Ada Tanda Bangkit
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
19 December 2019 10:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara bergerak melandai pada perdagangan kemarin dan ditutup melemah tipis. Outlook negatif industri batu bara global masih membayangi.
Kemarin (18/12/2019) harga batu bara kontrak berjangka ICE Newcastle melemah 0,07% ke level US$ 67,15/ton. Sejak awal perdagangan pekan ini harga batu bara cenderung diam di tempat tak beranjak dari levelnya sekarang di US$ 67/ton.
Menurut kajian Refinitiv, produksi baja di China diperkirakan menurun. China merupakan negara penghasil baja terbesar di dunia. Pada 2018 saja produksi baja kasar (crude steel) mencapai 1,8 miliar ton atau setara dengan 51,3% dari total produksi dunia.
Dalam pembuatan baja, bahan bakar yang digunakan dalam tanur adalah batu bara. Ketika produksi batu bara China yang notabene terbesar di dunia diramal turun maka permintaan batu bara juga ikut terimbas.
Pelemahan permintaan baja untuk pembangunan infrastruktur dan sektor manufaktur masih di bawah ekspektasi pasar, mengingat belum adanya investasi bernilai besar untuk kedua sektor tersebut.
Pemangkasan produksi yang terjadi di pabrik baja di Hebei untuk mengontrol polusi pekan lalu berpotensi besar menyebabkan perlambatan permintaan batu bara.
Berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv, rata-rata harga batu bara termal spot untuk kuartal terakhir 2019 berada di US$ 76.7/ton. Tahun depan rata-rata harga batu bara spot berdasarkan konsensus diramal US$ 73,8 /ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Sampai Akhir 2019, Harga Batu Bara Tak Kunjung Beranjak
Kemarin (18/12/2019) harga batu bara kontrak berjangka ICE Newcastle melemah 0,07% ke level US$ 67,15/ton. Sejak awal perdagangan pekan ini harga batu bara cenderung diam di tempat tak beranjak dari levelnya sekarang di US$ 67/ton.
Menurut kajian Refinitiv, produksi baja di China diperkirakan menurun. China merupakan negara penghasil baja terbesar di dunia. Pada 2018 saja produksi baja kasar (crude steel) mencapai 1,8 miliar ton atau setara dengan 51,3% dari total produksi dunia.
Pelemahan permintaan baja untuk pembangunan infrastruktur dan sektor manufaktur masih di bawah ekspektasi pasar, mengingat belum adanya investasi bernilai besar untuk kedua sektor tersebut.
Pemangkasan produksi yang terjadi di pabrik baja di Hebei untuk mengontrol polusi pekan lalu berpotensi besar menyebabkan perlambatan permintaan batu bara.
Berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv, rata-rata harga batu bara termal spot untuk kuartal terakhir 2019 berada di US$ 76.7/ton. Tahun depan rata-rata harga batu bara spot berdasarkan konsensus diramal US$ 73,8 /ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Sampai Akhir 2019, Harga Batu Bara Tak Kunjung Beranjak
Most Popular