Schroders: Omnibus Law Bisa Angkat IHSG 8% pada 2020

Monica Wareza, CNBC Indonesia
18 December 2019 17:36
Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan nilai laba per saham (earning per share/EPS) emiten
Foto: Bursa Efek Indonesia (BEI) (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Schroder Investment Management Indonesia tahun depan memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun depan dapat tumbuh sebesar 8%. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan nilai laba per saham (earning per share/EPS) emiten pada 2020 diperkirakan akan dapat tumbuh lebih tinggi dari tahun ini.

CEO Schroder Investment Management Indonesia Michael Tjoajadi mengatakan nilai EPS tahun ini masih di kisaran 4%-5%. Salah satu ekspektasi yang dapat mendorong peningkatan EPS ini adalah dengan penerapan omnibus law terkait dengan relaksasi pajak, sehingga dapat berdampak positif pada kinerja keuangan perusahaan.

"Di Indonesia EPS 2019 itu cuma 4%-5%. Kalau omnibus berlaku karena turunkan pajak bisa buat EPS naik, memang ga sekaligus tapi dengan bertahap ada kepastian. 2021 itu baru akan memberikan dampak yang lebih bagus," kata Michael di kawasan SCBD, Jakarta, Rabu (18/12/2019).

Dia menilai, adanya omnibus law yang saat ini tengah disusun oleh pemerintah menumbuhkan optimisme untuk dunia usaha dalam negeri. Kendati masih memerlukan pembahasan sebelum diterapkan, namun angin segar optimisme ini sudah akan mulai dirasakan pada 2020 nanti.

Selain dari peningkatan EPS, diharapkan omnibus law yang juga akan berisikan aturan mengenai tenaga kerja bakal mendorong masuknya investasi langsung di Indonesia.

Namun demikian, ditengah optimisme yang ditumbuhkan dari adanya undang-undang baru tersebut masih perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya resesi di 2020. Michael menyebut kemungkinannya tak terlalu besar, hanya mencapai 30%-40%.

Penyebab utamanya adalah jika belum terjadinya kesepakatan yang pasti antara perdagangan dua negara ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat dan China, maka ekonomi dunia dipastikan masih belum akan membaik. Disebabkan karena nilai perdagangan dunia diperkirakan masih akan turun hingga 2021.

Untuk pilihan portofolio, dia menyarankan untuk memilih portofolio yang imbang, antara saham dan surat utang. Sementara itu, untuk saham sektor yang perlu dipertimbangkan adalah konsumer, perbankan dan telekomunikasi.

[Gambas:Video CNBC]


(hps/hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular