Usai Merosot 0,6%, Kurs Dolar Australia Kini Melemah Tipis

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 December 2019 12:11
Berlanjutnya pelemahan Mata Uang Kanguru hari ini dipicu rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral Australia pada Selasa pagi
Foto: Foto Ilustrasi mata uang Dolar Australia. REUTERS / Daniel Munoz / File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia masih melemah, tipis, melawan pada perdagangan Rabu (18/12/2019) usai merosot 0,6% Selasa kemarin. Bahkan jika dilihat sejak perdagangan Jumat, Mata Uang Kanguru sudah anjlok lebih dari 1%.

Pada pukul 10:30 WIB, AU$ 1 setara dengan Rp 9.578,80, dolar Australia melemah tipis 0,01% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pelemahan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli dolar Australia di dalam negeri, berikut data yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 10:45 WIB. 

BankKurs BeliKurs Jual
Bank BNI9.620,009.548,00
Bank BRI9.585,479.751,95
Bank Mandiri9.565,009.625,00
Bank BTN9.490,009.698,00
Bank BCA9.566,559.596,55
CIMB Niaga9.583,009.588,00


Berlanjutnya pelemahan Mata Uang Kanguru hari ini dipicu rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) pada Selasa pagi kemarin. Notula rapat awal Desember tersebut menunjukkan RBA sedang menyiapkan pelonggaran moneter lebih lanjut.

Bank sentral pimpinan Philip Lowe ini sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali sepanjang 2019, masing-masing sebesar 25 basis poin hingga ke rekor terendah 0,75%. Pasar tenaga kerja yang memburuk, inflasi rendah, serta perlambatan ekonomi membuat RBA memangkas suku bunga secara agresif untuk memberikan stimulus ke perekonomian.



Peluang pemangkasan suku bunga yang kembali terbuka lebar membuat efek dari kesepakatan dagang fase I Amerika Serikat (AS) dengan China gagal mendongkrak kinerja dolar Australia.

China merupakan mitra dagang utama Australia, kesepakatan dagang fase I diharapkan mampu membangkitkan perekonomian Negeri Tiongkok. Ketika perekonomiannya bangkit, tentunya permintaan impor dari Australia juga meningkat dan berdampak positif bagi Negeri Kanguru.



Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (19/12/2019) besok, sehingga pelaku pasar melakukan aksi wait and see yang membatasi pergerakan rupiah.

Suku bunga acuan akan diumumkan esok hari, di mana konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 5%.



Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, mengatakan memang ada godaan bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan. Misalnya, inflasi domestik yang relatif rendah dan keinginan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Apalagi ada perkembangan positif, di mana terjadi de-eskalasi perang dagang AS-China.

"Oleh karena itu, kami memperkirakan BI akan menunggu sampai dampak dari penurunan suku bunga acuan dan Giro Wajib Minimum (GWM) benar-benar terasa di perekonomian sebelum kembali mengeksekusi penurunan suku bunga acuan tahun depan," sebut Satria dalam risetnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular